Disini lah Sekar dan keempat orang Biduar lainnya. Setelah pesta tadi malam, mereka masih ingin meminta sebuah penjelasan kepada Sekar."Mmmm kenapa kita berkumpul disini.." bisik Sekar pada Lingga.
"Eheemm" Biduar berdehem, sehingga perhatian ketiga anaknya tertuju padanya.
"Jadi begini Sekar, ketiga kakak mu ini terus-menerus mendesakku sejak tadi malam untuk bertanya satu hal padamu" Sekar mengerutkan dahinya.
"Perihal apa papah?"
"Kalian tanyakan saja lah, kalian kan yang mau bertanya pada Sekar" suruhnya pada ketiga putranya.
Ketiganya mendengus secara bersamaan.
"Ada apa?" Bingung Sekar.
"Jadi dimana kamu belajar bahasa Barat?" Tanya Abisatya to the point.
Sekar berdecak dalam hati, jadi karena masalah ini mereka berkumpul diruang keluarga.
"Belajar sendiri" jawabnya sambil mengunyah cemilan yang disediakan pelayan.
"Omong kosong!" dengus Abisatya.
"Omong kosong apanya?" Delik Sekar tak terima.
"Iya! Kami saja yang sudah bertahun mempelajarinya tapi belum selancar kamu. Sekarang ceritakan dimana kamu belajar bahasa itu!" desak Abisatya tak sabaran.
"Sudah ku bilang kan kalau aku belajar sendiri!"
"Itu tidak mungkin Sekar, bahkan aku yang sudah belajar lebih dulu dari kalian semua belum selancar kamu" Abisatya tetap belum puas dengan jawaban adik bungsunya.
"Ya itu karena kakak bodoh" gumam Sekar. Tapi yakinlah semua orang masih bisa mendengarnya.
Biduar saja langsung menutup mulut mendengar jawaban frontal putrinya. Jangan tanya Lingga yang sudah cekikikan di samping Gardana.
Wajah Abisatya merah padam mendengar penghinaan adiknya.
"Aku tidak bodoh asal kau tau!" Abisatya menggebrak meja tak terima.
"Baiklah baiklah.., kakak memang tidak bodoh hanya saja sedikit lamban" jawabnya santai.
"Hahahahaha" kali ini Lingga kelepasan tawa. Biduar saja sampai harus menoleh kesamping untuk mengalihkan pandangannya.
"Diam kamu Lingga! Kamu juga sama seperti aku belum lancar bahasa Barat. Jadi tidak usah mengejek" dada Abisatya naik turun menahan emosi.
"Setidaknya aku tidak dikatai bodoh oleh Sekar hahahaha" Lingga memegangi perutnya sambil tertawa.
"Sudah Lingga, tidak sopan tertawa seperti itu" tegur Gardana.
Diam-diam Sekar memandangi keempatnya. Bibirnya terangkat sedikit ketika melihat Gardana yang menenangkan kedua kakaknya. Gardana memang selalu yang paling dewasa dari mereka berempat.
Sedangkan Biduar hanya menikmati kericuhan anak-anaknya. Ia menyesap teh hangat yang disediakan oleh pelayan.
"Sekar minta maaf kak kalau kata-kata Sekar terlalu buruk. Tapi memang benar kalau Sekar mempelajarinya sendiri. Jangan lupakan kalau Sekar pernah terkurung selama lima tahun lebih dan itu Sekar jadikan sebagai sarana belajar" Sekar menangkupkan kedua tangannya meminta maaf.
"Benarkah, lalu siapa yang mengajarimu?" Biduar akhirnya ikut bergabung, dia sedikit penasaran dengan putrinya ini.
"Mmm Sekar belajar sendiri papah" ucap Sekar sedikit was-was. Tangannya bertautan diatas pangkuannya. Mana mungkin kan dia jujur kalau dia belajar di dunianya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...