🌼Sepuluh🌼

34.8K 4.6K 120
                                    


Setelah acara pemotongan kue, Biduar berbincang dengan tamunya, baik dari kalangan pemerintah ataupun bangsawan lainnya.

Begitu juga dengan Abisatya, Gardana dan juga Lingga. Ketiganya bergabung dengan teman-teman mereka dari satu sekolahan yang memang sengaja diundang malam ini.

"Huhhh" Sekar menghela napas bosan. Ia duduk sendirian sekarang, semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Apalah daya, dia yang selama ini terkurung dan pastinya tidak memiliki seorang teman.

Karena bosan duduk sendirian, Sekar turun dari kursinya dan mencari cemilan untuk dimakan. Namun baru saja kakinya melangkah, suara ribut-ribut terdengar di tengah aula.

Buru-buru Sekar menyelip didalam kerumunan dengan tubuh mungil miliknya.

"Permisi permisi....." Ucap Sekar, beruntunglah mereka mendengar suara Sekar sehingga memberi jalan.

Dan ditengah kerumunan sudah ada Lingga dengan seorang anak laki-laki seumurannya yang sedang tatap-tatapan dengan tajam.

"Ka ada apa?" Sekar memegang tangan Lingga yang sedang terkepal.

Lingga menoleh dan seketika wajah kerasnya berubah menjadi lembut.

"Lho kamu kenapa turun kesini? Dimana ayahanda, kenapa dia membiarkanmu berkeliaran sendirian?" Sekar mendengus.

"Papah sibuk mengobrol dengan orang-orangnya" ucap Sekar dengan wajah kesal.

"Hahahaha tidak usah kesal, yasudah kamu sama kakak saja, gimana?" mata Sekar akhirnya berbinar mendengarnya.

"Ayokk" ucapnya semangat sambil menarik tangan Lingga.

"Hey urusan kita belum selesai. Kamu mau kabur?" Gerakan Lingga yang ingin meninggalkan kerumunan terhenti, wajah lembutnya juga kini menghilang digantikan wajah datar.

"Aku tidak ada waktu meladeni orang seperti kamu" tatapnya dengan tajam.

Suasana yang tadinya sudah mulai baik kini menjadi mencekam kembali.

"Hahaha bilang saja kamu takut denganku bukan?" Ucap laki-laki didepannya dengan menaik turunkan alisnya.

"Tidak ada yang aku takutkan di dunia ini" Lingga melepaskan genggaman tangan Sekar lalu berjalan mendekat kepada laki-laki didepannya.

Sebelum acara baku hantam terjadi, Sekar menarik ujung baju Lingga dari belakang.

"Udahlah ka gak usah di ladenin. Ini acaranya Sekar loh ka, masa kakak mau ngehancurin gitu aja " ucap Sekar dengan wajah memelas.

Ini juga kenapa ayahandanya tidak datang untuk melerai keributan anak kecil ini? dumel Sekar dalam hati.

Lingga menghentikan langkahnya, ia menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum kepada Sekar.

"Yasudah ayo. Hari ini kan acaramu, aku tidak akan menghancurkannya dan membuat kesan yang buruk" senyum Lingga merekah lalu menarik Sekar dari bulatan kerumun.

"cih, coward !" ucap laki-laki yang tadi berantam dengan Lingga.

Lingga acuh karena ia tidak tau artinya, namun berbeda dengan Sekar. Wajah putihnya kini perlahan memerah karena hinaan dari laki-laki tadi. Dia tidak terima kalau kakaknya dihina seperti itu.

Kini Sekar yang melepas genggaman tangan Lingga. Ia berjalan mendekat kepada anak laki-laki itu dengan mengangkat wajah pongah.

"you think you are great ?. You are nothing more than a coward for causing a fuss at a minister's party tonight"

Semua orang menganga mendengar ucapan Sekar. Semua orang juga tahu kalau bahasa yang digunakan Sekar adalah bahasa Barat, dan tentu saja hanya sebagian orang yang mampu menguasai bahasa itu.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang