🌼Lima Puluh Satu🌼

10.8K 1.7K 74
                                    


Ketika Gardana dan Abisatya hendak menolong Lingga untuk menghajar Rama, Rama lebih dulu menghentikan gerakan keduanya.

"Asal kalian tahu! Dia bukan Sekar!" Tunjuk Rama pada Sekar yang masih memeluk erat Biduar.

"Bicara yang jelas bajingan, kau tidak lihat kalau dia itu Sekar hah!" Pelotot Lingga.

Rama tertawa, membuat semua orang makin jengkel.

"Dia itu penipu! Dia sudah menipu kalian selama belasan tahun ini. Dia penipu!"

"Jaga mulutmu sialan!" Lagi, Lingga mendaratkan bogeman di mulut Rama. Wajah Rama saat sudah sangat kacau.

"Aku tidak berbohong! Kalian tanya saja padanya langsung" tunjuknya kembali pada Sekar.

"Sudah hentikan Rama. Jangan begini, aku mohon..." Sekar mendekati Rama dengan berlinang air mata. "Yang aku tau Rama itu orangnya baik dan ramah, bukan Rama yang suka marah-marah seperti ini. Ayo hentikan Rama" mohon Sekar.

"Kamu yang mencari masalahmu Sekar. Aku sudah kasih kamu waktu tapi kau malah berulah"

"Tidak Ram, jangan begini. Ayo kita bicarakan baik-baik" Sekar masih berharap kalau Rama mau berdamai dengannya.

"Terlambat Sekar! Harusnya kamu terima aku dan semuanya tidak akan kacau seperti ini"

"Aku tidak bisa menerima perasaan kamu Rama. Aku..."

"Gara-gara laki-laki sialan itu kan?" tunjuk Rama pada Langit.

"Jangan tunjuk aku dengan jarimu itu sialan" ucap Langit dingin. "Sudahlah Sekar jangan bicara lagi dengan dia" Langit mencoba menarik Sekar agar menjauh dari Rama.

"Enggak" geleng Sekar. "Aku harus bicara dengannya..." Sekar menjauh dari Langit.

"Kamu mau apa Rama, ayo katakan. Jangan jadi seperti ini, yah?" Rama terkekeh pelan.

"Kamu tanya aku mau apa?" Sekar mengangguk. "Jadilah milikku" ucapnya menyeringai.

"Untuk yang satu itu aku minta maaf Ram, aku tidak bisa menerima kamu" Rama makin geram mendengarnya.

"Kalau begitu terima saja akibatnya Sekar! Kamu yang menginginkan ini!" Bentaknya.

"DENGAR KALIAN SEMUA! Dia selama ini sudah menipu kalian! Dia bukan Sekar yang asli! Dia penipu!" Sekar terduduk dilantai.

Melihat Sekar yang sudah tidak berdaya, Langit ikut mendudukkan dirinya di samping Sekar. "Jangan takut ada aku" bisiknya pada Sekar.

"Apa maksudmu?" Tanya Biduar.

"Sekar yang kalian lihat saat ini bukanlah anakmu. Dia adalah orang lain yang tersesat. Dia memasuki tubuh anakmu, yang berarti badannya memang badan Sekar tapi jiwanya orang lain"

"Jangan bicara omong kosong kamu Rama!" Teriak Lingga.

"Kalian tanyakan saja pada orangnya kalau tidak percaya denganku" dengus Rama.

"Sekar?" Tanya Biduar pelan.

Sekar berdiri dengan di papah oleh Langit. Ia menatap ayah dan juga ketiga saudaranya, lalu menatap Langit setelahnya.

"Benar. Aku bukanlah Sekar yang asli" jawabnya dengan tenang. Kalau sudah begini apa yang harus ditakutkan, semuanya memang benar kan? Dia bukan Sekar yang asli.

Langit menatap Sekar tidak percaya. "Jangan bercanda Sekar" perintahnya.

"Aku serius" jawab Sekar tersenyum. "Aku adalah orang lain yang tidak sengaja tersesat di dalam tubuh Sekar"  jawabnya dengan nada bergetar. Nyatanya sekuat apapun dia berusaha, air matanya tetap luruh ketika melihat tatapan kecewa dari ayahnya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang