🌼Tiga Puluh Lima🌼

16.7K 3.7K 87
                                    

Guys. Please baca komen ini

Jujur aja sih yah, memang yang kasih vote itu dikiiiiit banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur aja sih yah, memang yang kasih vote itu dikiiiiit banget. Gak sebanding sama yabg baca 😌.

Gapapa. Mungkin mereka hanya suka baca cerita ini, bukan menyukai ceritanya. Makanya siap baca beres, gak perlu kasih vote. Kan bacanya gratis 😉

It's okay.

Di vote atau enggak, itu urusan kalian. Intinya terima kasih banyak kalian udah baca cerita ini, udah meramaikannnya juga hingga dapat posisi 1 di fantasi sejak tgl 12 kemaren. Tepuk tangan dong 👏👏👏👏

Eh sekarang udah turun dong, gak di posisi 1 lagi 🤭. Gapapa.

Jangan pernah bosan yah buat nungguin SEKAR up 😁

Thank you very much guys ❤️🥳

Happy reading
___________________________________

Sekar menghela napas lelah. Kapur tulis yang ia punya kini habis, dia lupa membelinya kemarin sewaktu ke pasar.

"Jadi ngajarnya kayak gimana?" Sekar mendudukkan dirinya di kursi. Menatap anak-anak yang sedang menunggu ia memberikan pelajaran untuk sore ini.

Tok tok tok

"Permisi mbak, diluar ada pengawal pribadi dari tuan Langit. Katanya ingin bertemu mbak Sekar" jelas Gendhis.

"Loh ada apa emang Dhis?" Sekar bangkit dari duduknya.

"Gendhis juga gak tau mbak. Katanya ada yang mau di omongin sama mbak"

"Yasudah. Kamu perhatikan mereka dulu yah biar mbak temui tuan Dimas sebentar"

"Baik mbak"

Sekar berjalan keluar dari ruang kelas menuju bale tempat Dimas menunggu.

Melihat Sekar yang berjalan kearahnya, Dimas buru-buru berdiri.

"Selamat sore nona Sekar" sapanya dengan sesopan mungkin.

"Sore tuan, ada apa sampai menyempatkan diri kemari?"

Sekar menyuruh Dimas untuk duduk kembali.

"Ah saya kemari atas perintah tuan Langit nona"

"Ada apa?" Bingung Sekar.

"Ini" Dimas memberikan sebuah bungkusan yang lumayan besar pada Sekar.

"Eh apa ini?" Sekar meraba plastik itu, lalu mengerutkan dahinya karena didalam plastik itu ada sebuah kotak yang lumayan besar.

"Mungkin sesuatu yang nona butuhkan untuk mengejar disini" jawab Dimas dengan senyuman.

"Boleh saya buka?"

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang