🌼Dua Puluh Dua🌼

24.4K 2.9K 43
                                    


Langit benar-benar sedang kebingungan sekarang. Ia tidak menemukan Sekar dimana-mana. Biasanya kata warga, Sekar suka berkeliaran di kebun untuk mencari tanaman obat ataupun di pasar. Tapi untuk sebulan ini ia tidak menemukannya sama sekali.

Dia tahu keinginannya ini sangat tidak masuk akal. Tapi ia bisa apa? Hatinya yang tergerak akan keberadaan Sekar bukan karena ada hal lain. Ia juga tidak bodoh, dia tidak ada niatan untuk mempersunting Sekar saat ini, dia akan menunggu hingga Sekar dewasa nanti.

"Aku harus mencari kamu kemana lagi Sekar" Langit mengacak kasar rambutnya. "Aku serius, aku tidak akan menganggu atau menyapamu. Aku hanya perlu sekali saja melihat wajahmu" gumamnya prustasi.

Sementara Dimas terkikik geli, ada-ada saja tuannya. Memang betul kata orang, cinta bisa membuat seseorang terlihat konyol dan bahkan bodoh.

Keduanya berjalan menelusuri pasar, mau tak mau Dimas harus selalu mengekor dibelakang tuannya.

"Eh? Itu bukannya Sekar Dimas?" Tunjuk Langit pada seorang gadis yang sedang bercengkrama dengan penjual tanaman.

Dimas mengikuti arah pandang Langit, lalu mengerutkan keningnya.

"Yang mulia tuan muda, maaf sebelumnya. Sepertinya anda sedang kurang sehat saat ini" ucapnya sambil menunduk.

"Apa maksudmu?"

"Seperti yang kita ketahui tuan, nona Sekar itu memiliki rambut berwarna putih, lalu gadis yang ditunjuk tuan barusan warna rambutnya hitam. Sepertinya tuan butuh istirahat sekarang. Mari saya antarkan pulang tuan"

"Kau!"

Langit menggeram. Jelas saja dia masih sehat, dia juga tidak asal bicara. Gadis yang ia lihat tadi memang sangat mirip dengan Sekar, hanya saja yang ini rambutnya berwarna hitam.

Langit mengabaikan panggilan Dimas, ia mendekat kearah penjual tanaman untuk mengecek kebenarannya. Namun sayang, sesampainya di sana sudah tidak ada lagi gadis itu.

"Permisi nyonya, apa tadi putri tuan Biduar ada datang kemari?" Tanyanya pada penjual tanaman.

"Mohon maaf yang mulia tuan muda, sudah hampir sebulan lebih nona Sekar tidak berkunjung kemari" jawab penjual dengan jujur.

"Ta-tapi saya tadi seperti melihatnya disini" kekehnya.

"Ah maksud tuan nona yang barusan pergi tadi? Yang rambutnya berwarna hitam?"

"Nah iya itu!" Jawabnya bersemangat.

"Hahahaha tuan ada-ada saja. Nona Sekar itu rambutnya putih tuan kalau anda lupa" ucap penjual dengan tersenyum.

"Tapi wajah mereka kan sama"

"Tuan salah lihat saja mungkin"

Tak mau bila sang tuan membuat ribut, Dimas dengan cepat menariknya dari penjual tanaman.

"Apa-apaan kau main tarik heh! Lepas tidak?" Bentaknya pada Dimas.

"Maaf tuan, tapi kita harus segera pulang. Sepertinya kesehatan tuan sangat buruk hari ini" mata Langit membola mendengar penuturan pengawalnya barusan.

"Kurang ajar kamu Dimas! Aku tidak sakit biar kau tahu!" Langit mencoba memberontak namun Dimas adalah orang yang kuat. Pada akhirnya ia hanya bisa pasrah ketika diseret kembali ke kediaman.

🏵️

Sementara saat ini bi Arum sedang dalam keadaan tidak baik. Pasalnya nona nya tadi mengajak ia ke pasar dengan sembunyi-sembunyi. Kalau saja nanti tuannya mengetahui kalau dia sudah membawa Sekar keluar rumah bagiamana?.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang