🌼Tiga Puluh Delapan🌼

15.5K 2.3K 60
                                    

Weitt weeiit sabar dong!

Jangan buru-buru scroll

Tenang aja ada babang Langit kok 🤭

Hehehe selamat membaca
_____________________________________

Saat ini Dimas sedang mendapat tugas dari tuannya untuk mengantarkan hadiah kepada Sekar. Ini sudah sebulan sejak hadiah yang pertama ia kirimkan dahulu.

Dimas turun dari kereta kuda dengan sesekali bersiul, suasana hatinya sedang baik karena bisa lepas dari tuannya walau hanya sebentar.

"Gini kan enak tidak ada suara ocehan dari manusia itu" ucapnya dengan senyum mengembang.

"Hello nona Sekar i'm coming yuhuuuuu"

Dimas meletakkan barang bawaannya diatas bale lalu duduk menunggu ada salah satu dari mereka yang menyapanya.

Dan betul saja, ketika ia baru saja duduk, Mayang sudah bergegas menyambutnya.

"Eh ada tuan Dimas. Nyari siapa tuan?"

"Biasalah, nyari nona Sekar" jawabnya dengan sumringah.

Mendengar nama Sekar, wajah Mayang berubah seketika. Yang tadinya senyum kini berubah menjadi sendu.

"Eh ada apa?" Dimas segera bangkit dari duduknya.

"Itu tuan. Mbak Sekar sudah tiga hari ini tidak datang ke sekolah ini"

"Ko bisa?"

"Mbak Sekar terserang Demam berdarah"

"APA?" Mayang mengelus dada mendengar teriakan dari Dimas.

"Astaga tuan bisa tidak tidak usah teriak-teriak! Anak-anak lagi belajar di dalam" pelotot Mayang.

"Maafkan saya. Saya benar-benar terkejut tadi" Dimas kembali mendudukkan badannya. Wajahnya terlihat kaget.

"Lalu bagaimana keadaannya saat ini?"

"Kami juga belum tau tuan. Kami tidak bisa menjenguknya kesana, jadi kami hanya bisa bersabar hingga ada kabar baik tentang kesehatan mbak Sekar" ujar Mayang dengan wajah sendunya.

"Ya Tuhan.." Dimas mengusap wajahnya.

Benar-benar buruk. Padahal baru saja suasana hatinya membaik setelah lepas dari kungkungan tuannya.

"Apakah tuan Biduar yang menghalangi kalian agar tidak bisa menjenguknya?" Mayang mengangguk lesu.

"Alasannya apa?" Tanya Dimas kembali.

"Karena tuan Biduar takut kalau nantinya penyakit mbak Sekar bisa menular ke orang lain, makanya kami dilarang untuk berkunjung"

Dimas hanya bisa menganggukkan kepala. Ini benar-benar kabar buruk untuknya. Apalagi nanti setelah tuannya tahu, bakalan runyam masalah.

"Lho kenapa tuan malah berkeringat dingin begitu?" Khawatir Mayang.

Dimas tidak bisa menjawab, dia hanya tersenyum canggung menanggapi.

Bagaimana tidak berkerut dingin? Membayangkan reaksi tuannya saja nanti sudah membuat ia sakit kepala.

"Apa perlu saya ambilkan obat tuan? Sepertinya tuan sedang tidak baik"

"Tidak usah. Saya pamit pulang saja" Dimas bangkit dari duduknya. Namun melihat barang yang dititipkan untuk Sekar tadi membuat langkahnya untuk pergi terhenti.

"Ah saya hampir lupa" Dimas menggeser bingkisan yang ia bawa ke samping Mayang. " Ini ada titipan dari tuan Langit untuk anak-anak. Tolong diterima yah"

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang