🌼Tiga Puluh

22.4K 2.9K 190
                                    


Dua remaja seumuran kini sedang adu mulut, mereka adalah Lingga dan Rama.

Keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju sekolahan Sekar.

"Kau kalau jalan gak usah deket-deket sekali denganku!"

"Kamu yang dekat-dekat samaku yah!" Jawab Rama tak terima.

"Heh! Sejak tadi aku yang jalan duluan kesini, lalu kau mengekor kaya anak ayam"

Apa yang dibilang Lingga adalah kebenaran. Pasalnya tadi sepulang sekolah, Rama tidak sengaja mendengar obrolan Lingga dengan orang yang disuruh menjemputnya kesekolahan bahwa Lingga tidak pulang ke rumah dulu, mau singgah kesekolahan milik Sekar sebentar.

Rama tidak menjawab, ia kini berjalan santai sambil sesekali menyenggol lengan Lingga dengan sengaja.

Jelas saja Lingga tidak terima, ia juga ikut membalas perbuatan Rama.

Namun tak berapa lama Rama mendadak menghentikan langkahnya, ia menatap tajam kearah sekolahan milik Sekar.

"Heh kau kenapa!?"

"Itu..." Tunjuk Rama pada sekolahan dengan dagunya.

Lingga ikut mengedarkan pandangannya ke arah pandang Rama. Setelahnya ia benar-benar tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang ia lihat di depan matanya.

"I-itu tuan muda Langit kan Ram?" Tanyanya gagap.

"Iya itu dia. Jadi benar yah yang orang-orang bilang tadi di sekolahan kalau dia udah kembali" Rama juga belum bisa melepas pandangannya dari depan.

"Dia ngapain ada disana?" Tunjuk lingga tidak percaya.

Keduanya terdiam melihat interaksi Sekar dan Langit. Belum lagi cara Langit menatap Sekar dengan tatapan memuja.

"Apa kau berpikiran yang sama denganku Rama?" Lirih Lingga.

"Sepertinya iya" jawabnya lemas.

Lingga dan Rama bukanlah anak kecil lagi, keduanya kini sudah berumur 17 tahun dan itu sudah dianggap dewasa. Mereka berdua juga sudah tau arti dari tatapan yang diberikan Langit pada Sekar di depan sana.

"Jujur aja yah Ga, aku udah merasakan ini sejak lima tahun lalu. Aku sudah agak gimana sewaktu melihat tuan Langit menatap Sekar sewaktu kita tinggal dilapangan pasca gempa hari itu. Cuman dulu aku belum terlalu mengerti, namun sekarang sudah tau"

Rama menghembuskan napasnya kasar.

Apalagi ini?

Tidak cukupkah hanya Lingga saja yang menjadi penghalang ia dekat dengan Sekar?

Kenapa sekarang bertambah lagi?

Rama mengacak rambutnya kasar.

"Aku sekarang paham kenapa dulu ayah sama ka Gardana tidak mengijinkan Sekar keluar rumah dalam beberapa waktu"

Terjawab sudah teka-teki yang ia pikirkan dahulu. Ternyata ini alasannya.

Lingga mengepalkan tangannya erat. Dia belum siap kalau adiknya jatuh cinta pada lain jenis.

"Sekarang kita harus gimana?" Tanya Rama lemas. Ia seperti sudah kehilangan semangat ketika melihat lawannya sekelas Langit.

Siapa pula yang mau bertanding dengan anak orang nomor satu di negara ini?

"Kita kesana sekarang!" Lingga menarik tangan Rama dengan cepat. Rama hanya menurut saja, ia sudah putus asa saat ini.

Dengan langkah tergesa ia juga menyeret Rama, Lingga juga menahan amarah agar tidak menghajar langsung tuan mereka yang sedang berbincang-bincang dengan adiknya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang