🌼Empat Puluh🌼

17K 2.3K 56
                                    

Selamat malam dan selamat berbuka 🙂

Jangan lupa votenya yah ❤️

Happy reading

_____________________________________

Ini sudah sehari sejak Langit mengetahui soal penyakit yang dialami Sekar, namun dia belum ada pergerakan sama sekali.

Dia terlalu pengecut untuk datang menemui Sekar. Ia takut mendapat penolakan dari keluarga besar Biduar. Kalau saja Sekar itu seumuran dengannya, maka ia tidak akan selemah ini.

Langit tahu, banyak orang yang tidak setuju kalau ia mendekati Sekar yang masih remaja. Tapi bagaiamanalah, perasaan tidak ada yang tahu. Rasa ingin memiliki itu muncul begitu saja.

"Apa yang harus aku lakukan Dimas?" Putusnya dengan suara lemah.

Dimas menghela napasnya. "Jenguk saja tuan, saya rasa tidak akan apa-apa. Sesekali gunakanlah kekuasaan yang anda miliki, tuan Biduar juga tidak akan menolak bila tuan datang berkunjung"

Langit menatap Dimas. "Apa tidak akan apa-apa kalau aku memakai statusku Dimas? Apa itu tidak terlalu berlebihan?" Tanya Langit sedikit gusar.

Dimas memegang pundak tuannya. "Tidak akan apa-apa tuan. Maksud kedatangan tuan juga baik. Katakan saja nanti hanya ingin berkunjung atau bersilaturahmi, aku rasa tuan Biduar juga tidak akan mengusir anda walaupun ia ingin"

Langit mendelik mendengar kata-kata terakhir yang Dimas katakan. " Kau mengejekku Dimas?"

Dimas melotot. " Ck itulah yang membuat saya kadang malas menanggapi anda tuan. Saya kasih pendapat tapi tuan malah curiga tidak jelas" dengusnya. "Lain kali jangan minta pendapat lagi kepada saya"

Langit terkekeh melihat wajah masam pengawalnya.

"Baiklah baiklah" Langit bangkit dari duduknya. "Menurutmu apa yang harus kita bawa ketika menjenguk nona Sekar nanti Dimas?"

Dimas terlihat berpikir sebentar.

"Bagaimana kalau bawa beberapa buah saja tuan? Kalau kita bawa makanan, saya rasa tidak terlalu cocok mengingat nona Sekar sedang sakit. Lagian kita tidak tau apakah nona Sekar boleh makan ini itu, jadi ada baiknya kita bawa beberapa buah saja"

Langit mengangguk setuju akan pendapat yang diberikan oleh Dimas.

"Baiklah kalau begitu kita berangkat nanti sore" putusnya kemudian.

🏵️🏵️

Semenjak Sekar jatuh sakit, Biduar memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Ia mengutus Abisatya sebagai penggantinya. Tidak ada yang bisa menolak, karena bagaimana pun, cepat atau lambat, Abisatya akan segera menggantikan posisinya di pemerintahan.

Bagaimanalah, ia tidak bisa meninggalkan Sekar begitu saja. Keadaan Sekar juga belum menunjukkan tanda-tanda akan cepat pulih. Walaupun sudah mulai ada sedikit kemajuan karena ia sering mengonsumsi rebusan daun pepaya juga jus jambu biji.

"Pah.." panggil Sekar.

"Iya"

"Mmmm Sekar pengen jalan-jalan" mata Biduar melotot seketika.

"Kamu belum sembuh nak. Nanti yah kalau udah sehat, kita jalan-jalan kemana saja yang kamu mau"  bibir Sekar mengerucut seketika.

"Sekar kan maunya sekarang pah, bukan nanti" jawabnya sambil cemberut.

"Kalau sekarang gak boleh. Kamu belum sembuh sama sekali"

Mendengar penolakan dari ayahnya. Sekar segera membalik posisinya, ia memunggungi Biduar yang sedang duduk disisi kiri tempat tidurnya.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang