🌼Lima Puluh Delapan🌼

12.4K 1.6K 72
                                    

Selamat siang

Sekarang biasain jangan kaget yah kalau aku up tiba-tiba hehehe. Maklum suka gak sempat buat nulis.

Mau doble up tidak? ( Kalau mau aku sempetin buat nulis lagi nanti🤭)

Kasih tau kalau ada typo eeee

___________________________________

"Kalau saja tadi tidak ada Sekar, sudah aku hajar si Lingga itu. Enak sekali dia mengatakan kalau aku ini terlalu tua untuk Sekar. Dia tidak lihat apa kalau aku ini masih muda dan perkasa?" Langit misuh-misuh ketika sampai di kediaman mereka. Ia kesal dengan Lingga yang selalu saja mencoba berbagai cara agar ia dan Sekar tidak bersatu.

"Kalau bukan karena ia kakaknya Sekar, sudah sejak dulu aku membuangnya dari negara ini"

Pletak

Sebuah tangan mendarat sempurna di kepalanya. Langit mengaduh dan menatap horor sang pelaku.

"Ayah apa-apaan sih!" Kesalnya.

"Kamu yang apa-apaan hah? Kamu berniat ingin menghajar Lingga? Yang benar saja! Itu artinya kamu tidak ingin berjodoh dengan Sekar bodoh!"

"Bukan begitu ayah" Langit mencoba membela diri. "Dia itu selalu saja ikut campur, keras kepala dan selalu mencari gara-gara agar aku tidak bisa bersama dengan Sekar. Bagaimana aku tidak kesal coba?"

"Ya kamu harus sabar lah. Namanya juga meminta anak gadis orang, ya gak mungkin mudah, apalagi ini anak berasal dari keluarga Biduar" jelas Arthur. "Harusnya kamu tuh berfikir bagaimana caranya agar Lingga setuju dan mau merestui kalian berdua, bukan malah mencari cara agar ia bisa kamu singkirkan"

"Tapi Lingga ini sangat menyebalkan ayah. Dia itu tidak pernah suka denganku sejak dulu"

"Itu karena kamu juga ada salah. Tidak mungkin kan dia tidak suka denganmu kalau tidak ada alasan"

"Cih hanya ada satu alasan kenapa dia tidak suka denganku" Arthur mengerutkan keningnya.

"Apa itu?" Tanyanya kembali.

"Karena aku terlalu tua untuk Sekar" jelasnya dengan suara pelan.

"Pfftt" Arthur menahan tawanya mendengar penuturan Langit. "Kalau itu memang fakta nak, ayah juga tidak bisa berkata apa-apa" Langit mendelik sebal karena ayahnya malah menertawakan dirinya.

"Salahkan saja ayah kenapa membuatku terlalu cepat" dengus Langit.

"Itu bukan terlalu cepat Langit, waktu kamu terlahir umurmu sudah cukup dan tidak mungkin kan kamu tetap berada didalam perut ibumu selama 14 tahun?" Arthur menaik turunkan alisnya menghadap Langit.

"Ah sudahlah! Memang kalau berdiskusi dengan ayah tidak pernah mau serius!" Langit meninggalkan Arthur sendirian di ruang tamu.

"Hey... Kenapa kamu malah menyalahkan ayah? Apa yang ayah bilang itu fakta nak fakta!" ucapnya dengan setengah berteriak.

"Dan aku tidak perduli akan hal itu ayah!" Arthur hanya bisa tertawa melihatnya.

🏵️🏵️

"Mau sampai kapan kamu cemberut begitu Sekar?" Lingga mencolek pipi adiknya dengan gemas.

"Jangan ganggu aku! " Sekar menepis tangan Lingga dengan kasar. Ia masih kesal dengan sikap Lingga pada Langit saat pertemuan keluarga tadi.

"Kamu marah denganku hanya karena laki-laki tua itu?" Ujarnya tak percaya. "Ayolah Sekar..., Aku ini kakak kamu dan dia hanya orang lain"

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang