🌼 Delapan belas🌼

28.8K 3.6K 24
                                    


Kejadian gempa yang melanda kota Farezta sudah berlalu sejak seminggu lalu. Kini Gardana sedang berada diruang kerja ayahnya untuk membicarakan sesuatu perihal.

"Jadi ada apa Gardana,mau membicarakan apa?" Tanya Biduar langsung pada topik.

"Mmm ini mengenai tuan muda Langit ayah" Gardana sedikit ragu ingin membahas masalah yang sudah membuat ia galau seminggu ini.

"Ada apa dengannya?" Bingung Biduar.

"Ketika bencana minggu lalu dia blak-blakan mengatakan padaku kalau dia tertarik dengan Sekar ayah" tubuh Biduar menegang mendengarnya.

"Apa maksudmu Gardana! Jangan membicarakan sesuatu yang belum pasti" peringatnya tak suka.

"Aku serius ayahanda. Beliau yang langsung mengatakan padaku sebanyak dua kali kalau beliau tertarik dengan Sekar. Makanya aku mau membahas ini dengan ayahanda" tegas Gardana.

"Tertarik dalam hal apa?" Biduar mencoba membuang pikiran yang ia rasakan sekarang.

"Tertarik dalam hal apalagi selain tertarik sebagai wanita" Biduar menggertakkan giginya. Jelas saja ia tidak terima. Putrinya masih sangat kecil.

"Itu tidak akan terjadi. Adikmu masih sangat kecil, aku tidak akan menyetujuinya" jawab Biduar dengan tegas.

"Aku juga berpikiran yang sama ayah. Dimana akal sehatnya sehingga bisa tertarik dengan Sekar yang masih kecil begitu" kalau saja Lingga mengetahui ini, dia akan menggila dan mengajar Langit tanpa ampun.

Lingga walaupun baru berumur 11 tahun, kekuatan dia menghajar orang tidak bisa dianggap remeh. Sejak kecil dia sudah berlatih silat, main pedang bahkan memanah.

"Apa yang akan kita lakukan ayah? Aku khawatir tuan Langit nekat dan mengambil Sekar dari kita" ucapnya tak rela.

"Ayah juga tidak akan terima kalau dia mengusik putriku" Biduar mengepalkan tangannya. Putrinya masih sangat kecil dan ia belum sempat membahagiakannya, apalagi menghabiskan waktu yang banyak dengan putrinya.

"Untuk sementara kita tidak usah membiarkan dia keluar rumah dahulu" putus Biduar.

"Tapi ayah, itu akan sangat susah mengingat Sekar sangat keras kepala. Dia tidak akan terima kalau ditahan disini lama-lama" suara Gardana sedikit terdengar prustasi.

"Biar aku yang mengurusnya nanti. Kau fokuslah pada pelajaranmu, biarkan aku yang mengurus masalah ini" Biduar menepuk pelan pundak Gardana. Anak ini sangat pencemas kalau menyangkut Sekar.

Dia akan mencoba memberi Sekar pengertian agar untuk sementara tidak keluar dari rumah.

🍁🏵️🍂

Sekar yang baru saja keluar dari kamar segera dipanggil Biduar untuk berbicara berdua di dalam ruangannya.

"Ada apa papah?" Tanya Sekar. Ia duduk berhadapan dengan ayahnya di ruangan kerja milik Biduar.

Biduar menghela napas sebelum bicara.

"Papah mau membicarakan perihal penting dengan kamu " ucapnya dengan raut serius.

"Perihal apa papah?"

"Tolong untuk sementara berdiam diri lah di kediaman. Jangan keluar dari sini sampai papah mengijinkan, yah?" Sekar mengerutkan dahinya tak paham.

"Ada suatu hal yang terjadi akhir-akhir ini, papah tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Jadi tolong untuk sementara berdiam diri lah di rumah"

"Kenapa gitu pah!" Jawab Sekar tak terima.

"Tolong nak, ini demi kebaikan kamu"

"Kebaikan apa pah? Papah jelas tau kalau Sekar tidak suka berdiam diri di sini" wajah Sekar mulai memerah karena sedikit emosi.

SEKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang