Setelah kepergian Langit, Lingga menatap lamat-lamat adiknya. Masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan.Ini sungguh konyol. Bagaimana bisa seorang Langit menyukai anak yang jauh dari umurnya?. Ayolah Sekar itu baru 14 tahun, sedangkan Langit sudah 27.
Ini konyol dan sangat tidak masuk akal baginya.
"Kalian berdua kenapa sih, biasanya berantem terus, kok sekarang pada diam-diaman begini?"
Rama dan Lingga hanya diam, malas menanggapi Sekar. Keduanya masih syok.
"Sudahlah lupakan"
Sekar bangkit dari duduknya lalu membereskan ruang kelas, karena sejak tadi anak-anak sudah pada pulang ke rumah. Hari juga sudah mulai gelap.
"Tuh manusia kenapa yah pada diam begitu? " Sekar bergumam sendiri lalu menutup pintu.
"Aku harus mundur atau gimana ini" ucap Rama dengan lesu.
Sejak kecil dulu ia sudah mencoba berbagai macam cara agar bisa mengobrol dan mendekati Sekar. Itu bukan waktu yang sebentar, tapi lihatlah, Sekar bahkan belum pernah merespon perbuatannya.
Usaha belum di respon tapi saingan malah menampakkan diri dengan gagah, membuat nyali semakin ciut.
"Kalau kau mundur yang ada si Langit bakalan enteng buat mendekati Sekar" putus Lingga.
Tidak. Dia tidak memberikan lampu hijau pada Rama. Hanya saja ia sedang memberikan kesusahan pada Langit ketika mendekati adiknya.
Kalau Rama selalu ada dan terus-terusan mendekati Sekar, maka kesempatan Langit untuk mendapatkan Sekar ada penghalang. Itu yang dipikirkan Lingga saat ini.
"Jadi kamu sudah memberikan restu padaku? Begitu Lingga?" Kini Rama kembali antusias.
"Aku tidak ada mengatakan kalau aku memberi ijin padamu!" Dengusnya.
"Lalu kenapa kamu tadi berbicara seperti itu?"
"Itu karena aku ingin kau ikut membantuku menghalangi jalan Langit untuk dekat dengan Sekar"
Rama ingin protes namun ia urung. Hanya begini saja ia pasti sudah bisa lebih mendekati Sekar karena tanpa tidak sadar Lingga sudah memberinya akses walaupun belum sepenuhnya.
"Oke baiklah kalau itu maumu" Rama mengembangkan senyumnya.
"Heh! Aku tidak mengatakan kalau aku mengijinkan kau mendekati adikku yah!"
"Yes l know brother. Aku tidak akan melewati batas, tenang saja" Rama menepuk pundak Lingga pelan.
"Ayok ka kita pulang. Sebentar lagi malam" panggil Sekar.
Lingga juga Rama bangkit dari bale, mereka mensejajarkan langkah dengan Sekar.
Keduanya lebih banyak diam, tidak ribut seperti biasanya. Itu juga yang membuat Sekar kebingungan.
Sejak kapan kedua manusia disampingnya ini baikan dan terlihat adem kalau sedang bersama? . Waah ini pastilah sebuah keajaiban. Pikir Sekar.
🏵️
Hembusan angin malam yang cukup menusuk kulit tak membuat Lingga beranjak dari tempatnya. Dirinya sekarang berdiri didepan kolam ikan yang ada dibelakang rumah mereka.
Ia sedang menunggu kakak tertuanya untuk membahas sesuatu yang penting. Ia tidak bisa menyimpan ini sendirian, ia butuh teman untuk berdiskusi.
"Jadi kamu mau bahas apa malam-malam begini denganku?"
Lingga membalik badannya lalu tersenyum sekilas pada kakaknya.
Abisatya juga ikut berdiri di samping sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasyGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...