Kediaman Biduar hari ini lumayan sibuk. Malam nanti mereka akan mengadakan pesta atas kepulangan Abisatya dari benua sebelah dan telah sukses menyelesaikan pendidikannya.Pesta kali ini sedikit istimewa karena seluruh penduduk kota di undang, dari kaum bangsawan hingga kaum biasa.
Yang jelas itu permintaan Sekar. Tidak ada yang berani menolak permintaan gadis kecil Biduar tersebut.
"Apa kau bahagia hmm?" Biduar dan Sekar menatap orang yang berlalu lalang yang sedang mengerjakan persiapan pesta.
"Mmmm!" Angguknya. "Sekar senang sekali. Sekar pengen mereka juga bisa menikmati pesta besar seperti ini. Bisa jadi ini adalah untuk pertama dan terakhir kalinya mereka mendapati undangan seperti ini" Biduar mengerutkan keningnya. Tidak paham akan maksud Sekar.
"Maksud Sekar gini loh pah. Kan ini untuk pertama kali tuh mereka diundang ke acara seperti ini. Mana tau ada dari mereka yang tidak berumur panjang, jadi sebelum meninggal setidaknya mereka sudah bisa menikmati beberapa makanan yang sebelumnya tidak bisa mereka nikmati" Biduar mengangkat tipis sudut bibirnya.
"Tapi semoga saja sih kedepannya semua orang sudah bisa mengalami kemajuan ekonomi, dan yang pasti tidak ada lagi yang namanya merendahkan kaum bawah" Sekar tersenyum puas mendapati halaman rumah yang luas kini di tata rapi. Banyak meja-meja yang nantinya akan dijadikan tempat berbagai macam jenis makanan disana.
Sekar tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi mereka nanti saat mencicipi makanan enak yang tersedia.
"Mmm papah tidak keberatan kan sama mereka nanti?" Tanya nya takut-takut.
"Keberatan bagaimana? Kan papah gak gendong mereka satu-persatu?"
"Ih PAPAH!" Sekar menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Hahahaha" Biduar tertawa puas saat membuat kesal putrinya.
"Yah gak akan keberatan lah, kenapa emang?" Tanyanya masih dengan sisa tawa.
"Mana tau papah nanti menyumpahi mereka didalam hati kan" Sekar memicing tajam pada ayahnya.
Tlakkk
Biduar menyentil kening Sekar.
"Kamu pikir papah sebusuk itu ! Kalau memang papah tidak suka, papah tidak akan mengadakan pesta sebesar ini" dengusnya.
Bisa-bisanya putri semata wayangnya itu mengatakan hal hina seperti itu tentangnya.
"Yah jangan pake marah lah, Sekar kan cuman nanya! "
Bola matanya hampir saja keluar mendengar putrinya yang balik membentaknya.
"Kenapa kamu malah bentak papah balik Sekar?"
"Hehehehe biar imbang pah" Biduar benar-benar melongo dibuatnya.
"Lama-lama papah cepat tua kalau bicara sama kamu"
"Yewww papah kan emang udah tua"
Kalau saja Sekar bukan anaknya, sudah dari tadi Biduar menjorokkan kepala anak ini ke dalam paret saking menyebalkannya.
"Sudahlah" Biduar mengibaskan tangannya. "Papah mau kedalam dulu"
"Yah papah ngambek" ejek Sekar.
"Heh! Siapa yang mengambek?" Biduar yang tadinya sudah berbalik badan kini kembali menghadap Sekar.
"Itu ada bapak-bapak tadi hahahaha" Sekar berlari dari hadapan ayahnya. Takut diamuk.
"Astaga anak itu" Biduar mengelus dadanya. Tapi kemudian dia terkekeh sendiri mengingat tingkah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAR
FantasiaGenre : Fiksi Stefani Arsita Prameswari seorang dokter yang namanya sudah sangat dikenal di seluruh penjuru negri. Tertembak oleh tentara sekutu saat sedang menjalankan tugasnya menjadi seorang relawan disebuah negara yang terkena konflik. Dipengh...