Update kembali!!
Jangan lupa Vote dan Comment!
Ayok bikin Coldest Prince ramee, biar aku semangat jugaa nulisnya 😄
Happy Reading ♡
.
.
.
.
.
."Dia tidak benar-benar pergi hanya menghindar agar tidak merasakan sakit hati kembali. Dan gengsi, mengalahkan segalanya."
Zaidan menghela nafas panjang—mengacak rambutnya kasar. Di tengah malam ini Zaidan duduk sendiri di sofa ruang tengah—berdiam diri di temani televisi yang menyaala menampilkan sebuah tayangan film action yang sama sekali tidak menarik perhatiannya.
Zaidan tidak bisa tidur cepat setelah kejadian di rooftop itu, bayang-bayang Adysha terus memenuhi pikirannya. Astaghfirullah, dosanya akan semakin bertambah jika memikirkan gadis itu.
Senyum manis Adysha waktu itu terekam jelas di matamya dengan ucapan selamat tinggal yang membuat nafasnya tercekat bahkan tak mampu mengeluarkan kata-kata. Rasa sesak itu masih terasa sampai sekarang
"Loh, Zaidan. Kenapa belum tidur nak?" Genna yang terbangun karena haus dan terkejut mendapati anak laki-lakinya yang duduk sendiri di sofa ruang tengah dengan pandangan kosong.
Zaidan tersentak lantas menoleh pada Genna dengan semyum kecil. "Belum ngantuk umma," kilahnya.
Genna mengernyit heran, kakinya melangkahkan menuju dapur untuk meminum segelas air putih karena tenggorokannya yang kering. Setelah itu, Genna melangkah kembali menghampiri Zaidan duduk di samping anak laki-lakinya itu.
"Ada masalah? Cerita sini sama umma," ujar Genna mengerti dengan keadaan Zaidan sekarang.
Zaidan menatap Genna dengan ragu, haruskah ia bercerita?
"Umma tau Zaidan, beban pikiran kamu banyak. Sini cerita sama umma buat kurangin beban kamu," ujar Genna lagi mengusap kepala Zaidan lembut.
"Jatuh cinta itu rumit ya umma," cetus Zaidan dengan senyum getir.
Genna cukup terkejut dengan penuturan Zaidan, seumur-umur baru ini Zaidan bercerita masalah hati. Genna pun tersenyum kecil mengusap pundak Zaidan lembut.
"Rumit gimana?" tanya Genna.
"Jatuh dan Cinta. Sakit karena jatuh, bahagia karena cinta. Di pertemukan namun belum tentu di persatukan," ujar Zaidan dengan sorot mata sendu.
Genna memandang lekat wajah Zaidan menunggu anaknya ini melanjutkan ucapannya.
"Zaidan jatuh cinta, tapi sakit kerena kecewa. Dia juga jatuh cinta namun dia yang buat Zaidan kecewa." Zaidan menghela nafas pelan sebelum menundukkan kepalanya. "Zaidan yang terlalu kecewa dan bersikap egois, sampai dia menjelaskan semuanya setelah cukup lama Zaidan menghindar."
Genna terus memperhatikan Zaidan, tangannya terus mengusap lembut kepala Zaidan memberinya sebuah ketenangan. Baru kali ini Genna melihat Zaidan yang frustasi karena cinta.
"Kita sama-sama jatuh cinta. Tapi, dia memilih pergi karena permintaan Zaidan yang menyuruhnya menjauh dan gak ganggu Zaidan lagi. Dia menuruti permintaan Zaidan yang semata-mata hanya menggertak karena mengendalikan perasaan."
"Dia udah pergi umma," ucap Zaidan lirih—menyandarkan kepalanya pada pundak Genna dengan lemas.
"Sekuat apapun Zaidan menyangkal, Zaidan gak rela umma. Zaidan gak tau harus gimana," ucap Zaidan putus asa. "Zaidan gak pernah jatuh sedalam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Prince [Terbit]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ! [ Sekuel- Jodoh Dari Allah ] Ini tentang Zaidan, ketua MPK yang paling disegani dan disukai oleh para guru. Dengan julukan Pangeran dingin karena wajah dan sifat dinginnya. Laki-laki yang sangat menghindari kontak fisik de...