Yeayyy, updatee!!
Siapa nunggu mereka? Cung jari ☝️
Jangan lupa vote dan comment 😠❗
Jam berapa kalian baca chap ini?
Happy Reading ♡♡
.
.
.
.
.
."Masa putih abu-abu, merajut kata menjadi cerita yang tak akan dilupakan. Masa putih abu-abu, membawa banyak cerita, luka, dan kenangan yang berharga."
Darril menutup wajahnya lalu menggeleng pelan. Sorot mata Zaidan perlahan berubah, bahunya merosot dan tangannya melemas ke sisi badan. Zalena dan Kenta pun tampak merubah raut wajahnya.
"Adysha belum sadar, dia kekurangan banyak darah," jelas Darril.
Mereka mengedipkan mata beberapa kali lalu menghembuskan nafas lega. Zaidan mengusap wajahnya gusar merasa kesal karena ia pikir Adysha tidak selamat.
"Untung aja Adysha cepet kita bawa ke sini, kalau telat dikit aja udah melayang nyawa Adysha," ujar Darril seraya melangkah menghampiri tempat duduk.
"Alhamdulillah Adysha selamat," ucap Zalena dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terus mengucap kata syukur.
Kenta mendesah pelan. "Adysha bikin gue jantungan," ucap Kenta sambil memegang dadanya.
"Adysha perlu donor darah?" tanya Zaidan menghampiri Darril dan duduk disampingnya.
"Enggak Zai. Persediaan golongan darah Adysha ada kata dokternya," jawab Darril. "Lagi transfusi darah di dalam."
Suasana pun mendadak hening. Darril memejamkan matanya seraya bersandar pada tempat duduk, Zaidan menunduk—menyangga tubuhnya dengan ke dua tangan saling bertautan di paha. Sedangkan, Kenta dan Zalena ke kantin rumah sakit untuk membeli minum.
"Mamah lo udah di kabarin?" tanya Zaidan memecah keheningan. Darril mengangguk singkat, matanya masih terpejam.
"Darril!" pekikan suara itu mengejutkan merrka berdua, sontak menoleh ke sumber suara mendapati Fitri yang berlari tergesa-geda menghampiri mereka.
"Gimana keadaan Adysha? Baik-baik aja kan?" tanya Fitri beruntun pada Darril.
Darril bangkit dari duduknya, mengusap hau sang ibu untuk menenangkan. "Adysha baik-baik aja mah. Lagi transfusi darah," jelasnya.
"Alhamdulillah." Fitri bernafas lega, tadi ia pergi mengecek cafe. Hingga ia dibuat panik karena Darril mengabari jika Adysha masuk rumah sakit karena melakukan percobaan bunuh diri.
"Mamah masuk ya, mau temenin Adysha," kata Fitri dibalad anggukan dari Darril.
"Aku tunggu di sini sama yang lain," ujar Darril sendu.
Fitri mengusap pipi Darril kemudian melangkah masuk ke dalam ruang UGD, tatapannya begitu cemas dan khawatir. Tak lama setelah itu, Kenta dan Zalena datang membawa sebuah kantung kresek. Memberikan kaleng minuman dingin pada Darril dan Zaidan.
"Bodoh, bodoh! Gak becus jagain Adysha," maki Darril pelan pada dirinya sendiri. Tangannya mencengkram kuat kaleng minuman.
Zaidan menoleh pada Darril, telinganya mendengar makian itu walaupun suara Darril pelan. Zaidan lantas menepuk pundak Darril beberapa kali.
"Bukan salah lo Ril, semua diluar dugaan kita," ucap Zaidan.
Darril memejamkan matanya berusaha meredam rasa marah dan kecewanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Prince [Terbit]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ! [ Sekuel- Jodoh Dari Allah ] Ini tentang Zaidan, ketua MPK yang paling disegani dan disukai oleh para guru. Dengan julukan Pangeran dingin karena wajah dan sifat dinginnya. Laki-laki yang sangat menghindari kontak fisik de...