Coldest Prince || 46

22K 2.7K 635
                                    

Ku update lagii !!

Siapa yang kangen mereka cung jari!!

Jangan lupa vote dan comment yaa 😾❗

Yuk, absen pakai nama tokoh favorit kalian 💖

Happy Reading ♡
.
.
.
.
.
.
.

"Karena bahagia gue ada di lo. Jadi, sebisa mungkin gue bakal terus bikin lo bahagia."

Zaidan mengusak rambutnya yang sedikit basah, menaruh peci dan sarung ke atas kasurnya kemudian melangkah menuju meja belajarnya. Zaidan duduk di sana, membuka buku paket matematika dan mengerjakan beberapa soal.

Dua hari lagi, masa libur semesternya akan berakhir. Dan semester baru akan sangat padat dengan try out, ujian dan segala macam. Belum lagi pelantikan dan ia akan lepas dari jabatannya. Acara itu sedikit terlambat dari yang di rencanakan. Untuk kandidat, sudah mereka tentukan tinggal orasi dan pemilihan nantinya. Tidak terasa Zaidan sudah merampungkan tugasnya sebagai Ketua MPK.

"NANTI NANGESSS!" lengkingan suara itu terdengar begitu jelas, Zaidan menghembuskan nafasnya pelan itu pasti suara Alby.

Detik selanjutnya, pintu kamar terbuka, Alby dan Daylon masuk menenteng sebuah kantung plastik. Benarkan, dua sohibnya ini pasti yang datang.

"NANTI NANGESS!" sekali lagi Alby bersuara seperti itu lalu menjatuhkan tubuhnya pada kasur Zaidan.

"Bapak lo nangis! Herman gue, dari tadi itu mulu yang lo sebut," ujar Daylon berdecak kesal.

"Nanti nangess!" kata Alby namun dengan suara pelan.

"By, baku hantam ayok?! Gedeg gue denger lo bilang nanti nangis, nanti nangis," ujar Daylon seraya menggulung lengan bajunya.

Zaidan terkekeh kecil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memutar bangkunya menghadap Alby dan Daylon.

"Ada masalah apa lo By?" tanya Zaidan yang paham situasi Alby.

Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Alby. Cowok itu menutup wajahnya dengan lengan. "Rora. Kemarin gue lihat dia sama cowok," kata Alby.

"Terus?" Zaidan menunggu Alby melanjutkan ucapannya.

"Gue tanya siapa, dia gak mau jawab. Gue malah di cuekin," ujar Alby nelangsa.

"Pftt, LO YANG NANGISS! Rasain tuh, gue yakin nih Rora pasti mau berpaling dari lo," ujar Daylon sengaja mengompori.

"Mulut lo di satpamin! Sembarangan banget!" kesal Alby—mengubah posisinya menjadi duduk. "Terus gue gimana dong?"

"Putus lah, apa lagi," sahut Daylon membuat Alby semakin kesal lantas melempar bantal ke arah Daylon.

"Gue timpuk juga mulut lo pakai heels emak gue mau?!" ancam Alby melotot tajam.

Daylon tertawa renyah, memanasi Alby itu seru. Apa lagi sampai emosi kayak gini, beuh rasanya ah mantap.

"Tapi, kalau putus Rora terima gak ya?" tanya Alby menerawang.

"Nanti nangis," sahut Zaidan mengejek.

Alby berdecak, melirik Zaidan dengan sinis. "Dah lah, gue nunggu Rora yang putusin."

"Gitu tuh, kalau hubungan yang gak di restui Allah. Lo masih aman By, masih di tegur sama Allah. Coba aja enggak, mampus gak lo," ujar Zaidan seraya bersandar di bangkunya.

Coldest Prince [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang