Part 3

2.9K 304 66
                                    

Tim keluar dari kamar yang dipergunakan oleh Trump sebagai tempat untuk berkumpul dan berdiskusi untuk persiapan presentasi besok atau lebih tepatnya Tim mendengarkan presentasi Trump, memberi masukkan dan saran, termasuk menambahkan beberapa bagian penting yang diperlukan.

Baru dua langkah Tim menghentikan langkahnya, menoleh kesekelilingnya lalu mengelengkan kepalanya, apakah dia terlalu memikirkan penolongnya sampai sekarang dia merasa menicum aroma penolongnya dengan begitu jelasnya.

Tim masuk kedalam kamarnya dan langsung menghubungi Jeff, "Bagaimana sudah ada hasil?"

"Kami sudah berusaha untuk mencari dari pantauan cctv lainnya, dan kami hanya melihat dia memasuki jalan itu dari jalan raya, kelihatannya dia sudah terbiasa melewati jalan itu."

"Apakah plat nomornya sama sekali tidak terlihat?"

"Tidak, jika dari penjelasan anda dia bisa menumbangkan lawannya dengan cepat, kemampuan bela dirinya yang bagus, dan dia bisa menghindari cctv merekam keberadaannya, kelihatannya dia orang yang terlatih. Jika dia tidak ingin ditemukan maka akan sulit bagi kita untuk menemukannya. Apakah mungkin dia orang-orang dari Walter's?"

"Itu sempat terpikir olehku, periksa saja jika dia memang tidak terlibat penyeranganku maka akhiri pencarian kalian."

"Baiklah."

Tim menutup teleponnya, ada rasa kecewa yang muncul dalam hatinya. Kelihatannya dia harus keluar dari kamarnya, mungkin makan diresto hotel akan membuat pikirannya akan teralihkan, supaya besok dia siap menghadapi lawannya.

Tim keluar dari kamarnya dan melihat beberapa orang berpakaian rapi juga keluar dari pintu kamar yang lain, kelihatannya sedang ada acara dihotel malam ini, dan dari pengamatan cepat dan mendengar pembicaraan mereka, Tim langsung menduga jika mereka adalah dokter-dokter peserta konvrensi di hotel itu yang pengumumannya sudah dibacanya di lobby masuk.

Pintu disamping kamarnya terbuka, Tim hanya melihat sekilas seorang wanita dengan dress hitam selutut berlengan panjang, rambut panjang  melebihi bahu wanita itu dibiarkan terurai, keluar dari kamar itu, Tim tidak melihat wajah wanita itu, karena dia langsung berbalik menuju lift yang sedang diantri.

Melihat panjangnya antrian, Tim berpikir untuk turun dengan tangga darurat daripada berdesak-desakkan dengan para dokter yang sedang sibuk membahas organ dalam tubuh manusia. Tim memutar kembali langkahnya dan berjalan melewati tiga pria yang sedang mengobrol dan satu wanita yang menunduk, wanita yang keluar dari kamar disebelahnya, sibuk dengan telepon genggamnya. Baru saja dia melewati mereka langkahnya terhenti dan dia berbalik memperhatikan keempat orang itu dengan serius, dia mencium aroma penolongnya saat melewati mereka berempat, tetapi tidak ada dari 3 pria itu yang berpostur sama dengan penolongnya. Tim memperhatikan wanita yang berjalan bersama 3 pria itu dan menggeleng, wanita itu lebih tinggi dari penolongnya, mungkin karena efek sepatu yang dipergunakannya, tetapi melihat wanita itu sudah terbiasa dengan sepatu berhak tinggi dan tipis itu, Tim tidak yakin jika wanita itu memiliki kemampuan beladiri, selain itu wanita itu seorang dokter, itu lebih tidak mungkin lagi. Akhirnya Tim memutuskan mungkin indera penciumannya yang salah, lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti.

***

Ailleen kembali dan masuk kedalam kamarnya dengan terburu-buru, dia terlambat kembali dari lari sorenya, dia melihat salah satu pintu kamar yang ada diseberang pintu kamarnya akan terbuka, hal itu membuat Ailleen dengan cepat membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam, dia tidak ingin bertemu atau beramah tamah dengan rekan dokter lainnya, mengingat lantai yang ditempatinya ditempati juga oleh beberapa rekan dokter yang akan menghadiri acara disana.

Dengan cepat Ailleen membersihkan diri, mengeringkan rambut dan memutuskan mengerai rambutnya untuk malam itu, mengambil gaun yang akan dikenakannya, gaun yang diambilnya dari kamarnya dirumah orangtuanya, karena gaun itu memiliki lengan yang bisa menutupi lukanya. Ailleen hanya mengoleskan bedak tipis dan lipstick pada wajahnya, sebelum memakain anting-anting dan kalung untuk melengkapi penampilannya malam itu, tidak lupa dia memakai sepatu tinggi berhak tipis, untuk membuat kaki cantiknya semakin cantik.

Love is The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang