Part 25

2.4K 262 11
                                        

"Kenapa mommy gelisah?" tanya Sean pada istrinya yang sejak tadi sore sudah terlihat tidak tenang.

"Apalagi kalau bukan gara-gara anakmu." Jawab Tiff.

"Anakku? Yang mana? Bukankah mereka juga anakmu?" kata Sean.

"Siapa lagi kalau bukan Tim. Mommy tadi sudah mengacam kalau Tim tidak membawa Ailleen malam ini, dia tidak akan memberi restunya."

"Biarkan saja itu urusan Tim dengan mommy Dia pasti bisa membuat mommy menerima Ailleen."

"Tapi tanpa kehadiran Ailleen malam ini, itu sudah membuat Ailleen jelek dimata mommy. Parahnya lagi anakmu itu sama sekali tidak memberi kabar apapun untuk menenangkanku."

"Tim pasti sudah punya rencana. Siapa tahu memang dia sudah merencanakan untuk membawa Ailleen malam ini, hanya saja dia sedang sibuk jadi tidak bisa menelepon atau membalas pesan."

"Semoga saja, apa yang daddy bilang menjadi kenyataan."

Sean hanya bisa menggeleng melihat tingkah istrinya. Dia percaya pada Tim, tapi mungkin wajar jika istrinya kuatir karena jika Ailleen tidak mendapat restu dari Audrey, hanya karena Tim tidak membawa kekasihnya itu malam ini, mengingat istrinya sudah menyukai Ailleen bahkan sebelum bertemu lagi setelah pernikahan Isabel yang lalu.

***

Jika Tiff panik dan kesal, sebaliknya Tim yang baru menyelesaikan pertemuannya dan tanpa membuang waktu langsung menuju ke bandara untuk menjemput Ailleen, tanpa sempat memberi kabar atau menelepon mommynya lagi karena dia sendiri sudah terlambat pergi menjemput tunangannya itu karena penundaan pertemuan yang dia ikuti tadi.

Melihat Ailleen sudah berdiri dilokasi penjemputan dengan kopernya, membuat Tim sedikit merasa bersalah. Hanya saja saat mendekat, apa yang Tim lihat membuat dirinya bukan hanya merasa bersalah tapi juga merasa kesal. Tunangannya sedang mengobrol dengan dua pria, Tim langsung turun dengan cepat dan menarik Ailleen mendekat lalu memberi ciuman dikeningnya, "Maaf, sudah membuatmu menunggu."

Ailleen hanya tersenyum lalu menoleh kembali pada dua pria yang tadi mengobrol dengannya, "Jemputanku sudah datang, aku duluan."

Tim hanya menatap kedua pria itu dengan tatapan dinginnya sebelum menggandeng Ailleen menuju mobilnya dan memasukkan koper Ailleen kedalam bagasi mobil.

"Siapa mereka?" kalimat pertama yang ditanyakan Tim saat dia sudah duduk dibalik kemudi.

"Tidak tahu." Jawaban Ailleen membuat Tim langsung menoleh dan batal menjalankan mobilnya.

"Tidak tahu tapi mengapa kalian terlihat akrab dan kamu berpamitan pada mereka?" tanya Tim penasaran.

"Mereka yang menyapaku dan menawarkan tumpangan. Aku sudah menolaknya tapi mereka masih tetap disana dan karena itu tempat umum, aku tidak mungkin mengusir mereka." jawab Ailleen dengan santai, membuat Tim hanya bisa menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan keras, sebelum mulai menjalankan kendaraannya.

"Mommy dan grandma mengirimiku pesan. Mengatakan jika aku tidak membawamu malam ini, grandma tidak akan memberi restunya pada kita." Kata Tim ketika mereka sudah memasuki jalan raya.

Ailleen menoleh melihat kearah Tim yang tetap mengarahkan pandangannya kedepan, "Tahu begitu aku tidak datang hari ini." jawaban Ailleen langsung membuat Tim menoleh padanya.

"Perhatikan jalan." Kata Ailleen dengan wajah tetap ceria.

"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Tim yang sudah kembali fokus dengan jalan didepannya.

"Bukankah jika grandma tidak memberi ijin, kamu akan kembali harus berjuang?"

Tim langsung tertawa, kelihatannya Ailleen memang senang melihatnya tersiksa.

Love is The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang