"Ah, gua nggak peduli deh dia anak kelas gua atau kelas gua kalah. Yang paling penting itu lu, Kay." Kata Minghao.Dari tadi dia nggak berhenti ngomel-ngomel lantaran Tamara sengaja membuat gua tersandung. Bahkan dia mendukung gua habis-habisan tadi walaupun cara gua juga salah dan malah lebih kasar.
Mingyu memasang plester di lutut lalu di lengan gua secara hati-hati. Gua tersenyum lebar setelah Mingyu selesai mengobati luka gua. Gua nggak butuh PMR, gua cuma butuh sahabat-sahabat gua.
"Yang lain pada di mana?" Tanya Eunwoo ke Minghao. Dari tadi yang ada di sini cuma Minghao, Mingyu, dan Eunwoo.
"Kantin. Lagi beli minum buat Kay." Jawab Minghao.
Terdengar bunyi pintu UKS yang terbuka dan menampakan sosok Tamara yang masuk ke dalam UKS dengan dua anggota PMR. Tamara melewati ranjang gua dengan mata sinis dan pergi ke ranjang yang berada di ujung ruangan.
Dua anggota PMR yang mengantar Tamara ke UKS tadi pun langsung kembali ke lapangan. Gua rasa Tamara yang nyuruh mereka untuk keluar dari UKS. Gua tau banget kalo Tamara berharap Mingyu bakalan nyamperin dia.
Nggak lama pintu UKS terbuka lagi dan kelima temen gua masuk berbarengan. Di tangan Dokyeom ada satu botol mineral ukuran satu liter. Dia memberikannya untuk gua saat itu juga.
"Lu nggak nyamperin pacar lu ke sana, Gyu?" Ejek Bambam sambil melirik Tamara yang sekarang malah sibuk sama ponselnya.
Sambil meminum mineral yang diberikan Dokyeom, gua berusaha menebak pikiran Mingyu lewat raut wajahnya. Tapi, sayangnya gua nggak bisa menebak apa yang ada di otak Mingyu sekarang.
"Gua kira udah patah kakinya." Kata Bambam yang mulutnya paling nggak bisa ditahan. Nggak ada filter.
"Sembarangan lu kalo ngomong." Kata gua pelan.
Gua menengok ke arah Tamara yang ternyata sedang melirik ke Mingyu. Kasian juga ngeliat dia sendirian di sana kayak orang bodoh.
"Wasit lagi dimarah-marahin sama guru olahraga. Mungkin wasitnya nggak tau lu itu siapa." Kata Jungkook.
Buru-buru gua memberi kode ke Jungkook agar dia tutup mulut. Gua nggak mau sampe Tamara denger omongan Jungkook barusan. Biar cuma gua, sahabat-sahabat gua, dan beberapa guru di sekolah yang tau siapa gua. Oh, jangan lupa Winwin.
Biasanya guru-guru yang udah lama kerja di sini tau siapa gua dan ada beberapa guru yang baru bekerja beberapa tahun di sini yang belum tau latar belakang keluarga gua.
Tapi, gua juga nggak mau mereka tau supaya gua nggak diperlakukan spesial sama guru. Gua maunya mereka bersikap adil ke semua murid.
"Kay, bentar, ya." Kata Mingyu sambil mengacak-ngacak rambut gua.
Rasanya agak sakit saat melihat Mingyu berjalan meninggalkan ranjang gua dan pergi menuju ranjang Tamara. Entah kenapa gua merasa kalah dari Tamara kali ini.
"Loh? Gua baru sadar UKS nggak ada yang jaga." Kata Dokyeom.
"Bagus deh. Bisa ngadem rame-rame." Kata Yugyeom.
Gua sama sekali nggak memperdulikan obrolan antara mereka berdua. Kini mata gua tertuju ke arah Jaehyun yang melihat Tamara dan Mingyu dengan tatapan yang sangat menusuk.
"Kim Mingyu!" Panggil Jaehyun tegas.
Mingyu dan Tamara sempat tersentak dan menoleh ke arah Jaehyun. Seketika UKS langsung hening dan terasa menegangkan karna Jaehyun yang mulai panas.
Seperti mengerti apa maksud Jaehyun, Mingyu menepuk-nepuk pundak Tamara lalu meninggalkan ranjang Tamara dan kembali menuju ranjang gua.
Kalo boleh jujur gua merasa ada yang aneh dalam diri gua saat gua melihat Mingyu menepuk-nepuk bahu Tamara barusan. Tadi rasanya gua ingin bangkit dari ranjang gua dan menarik Mingyu untuk kembali ada di dekat gua.