23.

637 75 2
                                    


Gua turun dari ojek tadi dan siap untuk memasuki cafe tempat gua sama Amara janjian. Sebelum jalan-jalan, gua dan dia memutuskan buat ketemuan di cafe karna dia berangkat sama pacarnya.

Senyum gua mengembang saking senangnya bisa jalan sama Amara. Walaupun gua cuma ketemu sebentar, gua merasa Amara udah kayak kakak gua sendiri karna dia orangnya peduli banget sama gua.

"Semoga gua nggak jadi nyamuk." - Batin gua.

Kalo dipikir-pikir dengan sifat Amara yang care banget sama gua, kemungkinannya kecil kalo gua jadi nyamuk di antara mereka.

"F-uck."

Senyuman di wajah gua pudar dan langkah kaki gua terhenti tepat di depan pintu cafe saat melihat Amara bersama Winwin. Dada gua mencelos melihat tangan mereka berpautan.

Gua langsung mengeluarkan ponsel gua untuk memberi kabar ke Amara kalo gua nggak bisa dateng tiba-tiba karna gua sakit. Sekarang gua lebih baik berdiam di rumah.

Kini gua memutar tubuh gua sebelum Amara dan Winwin melihat keberadaan gua di luar cafe. Sekarang gua udah siap buat pulang dengan rasa kecewa. Bukan salah mereka berdua, tapi salah gua yang berharap sama Winwin.

"Oh damn!" - Batin gua.

Mata kini tertuju pada mobil yang baru saja terparkir di depan cafe ini. Gua kenal banget mobil itu, mobil yang biasanya gua naiki kemana-mana. Mobil Mingyu. Dua penumpang turun dari mobil tersebut dan gua yakin seratus persen kalo itu adalah Mingyu dan Tamara.

"Catnip!"

Gua nggak memperdulikan panggilan Mingyu tersebut dan buru-buru meninggalkan cafe tersebut. Entah kemana langkah gua tertuju, yang penting sekarang gua bisa menjauh dari mereka semua.

Telinga gua bisa mendengar suara langkah kaki yang mengikuti gua. Gua pun mempercepat langkah gua sampai akhirnya gua merasakan tangan gua di tahan dan tubuh gua otomatis memutar menghadap ke sumber suara langkah kaki tersebut, Mingyu.

"Winwin sam-"

"Gua mau pulang! Kalo mau tanya, langsung tanya ke orangnya aja." Kata gua sambil berusaha melepas pegangan tangan Mingyu dari gua.

Beberapa meter di belakang Mingyu ada Tamara yang berjalan mendekat ke arah gua. Walaupun gua udah berusaha melepas tangan Mingyu dari tangan gua, tetep aja tenaga dia lebih besar dari tenaga gua.

"Mingyu! Ayo masuk!" Kata Tamara yang sekarang udah berdiri di samping Mingyu aja.

Mingyu menoleh ke arah Tamara dengan wajah yang nggak bisa gua tebak. Tangannya masih setia memegang tangan gua agar gua nggak bisa pergi kemana-mana.

"Ra, sorry banget. Tapi, kayaknya hari ini kita mesti pulang dulu deh. Ehm, besok gua janji kita bakal main deh." Kata Mingyu.

Nggak bisa gua bohongi lagi kalo sebenernya dalam hati gua bersorak-sorai karna Mingyu yang ternyata memilih gua ketimbang Tamara. Walaupun gua seneng, bukan berarti gua juga membiarkan Mingyu membatalkan jadwal mereka main.

"Loh?! Lu batalin karna dia?!" Tanya Tamara yang tidak terima dan Mingyu menganggukkan kepalanya dengan ragu. Tamara langsung menatap gua dengan sangat tajam.

"Gua nggak kenapa-kenapa. Lu lanjutin acara lu berdua aja." Kata gua sambil melepas tangan Mingyu dari tangan gua saat dia lengah.

Gua berjalan dengan cepat sambil memasang earphone gua agar gua nggak perlu repot-repot mendengar panggilan Mingyu tersebut.

Nggak pernah kepikiran oleh gua kalo ternyata Winwin pacaran sama Amara. Kenapa dunia sesempit ini? Apa Amara nggak tau kalo gua temenan sama Winwin? Apa Winwin nggak pernah ceritain gua ke Amara?

B-Friend ; Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang