27.

638 71 0
                                    


Ding dong!


Gua buru-buru menghapus air mata gua lalu menaruh surat Jaehyun yang baru aja gua baca tadi di dalam laci nakas meja. Gua berlari ke bawah untuk membuka pintu rumah.

Di balik pintu rumah gua udah ada Dokyeom dan Minghao. Mereka keliatan membawa satu kantong kresek yang gua nggak ketahui apa isinya. Gua membuka lebar pintu rumah agar mereka berdua bisa langsung masuk ke dalam rumah.

"Halo!" Sapa Dokyeom sambil masuk ke dalam rumah.

Senyum cerah Dokyeom membuat gua ikutan tersenyum walaupun gua baru aja abis nangis. Minghao membawa kantong kresek tadi ke dapur.

"Itu apaan?" Tanya gua.

"Air kelapa." Jawab Minghao sambil menuangkan air kelapa tersebut ke dalam gelas dan langsung memberikannya kepada gua.

Gua tersenyum senang karna tetap bisa mendapat perhatian dari mereka berdua saat gua sakit. Mereka sempet-sempetnya ngebawain gua air kelapa. Emang sebenernya ini hal sederhana, tapi dengan begitu doang bisa bikin gua seneng.

"Yang lain masih pada takut ketemu sama lu." Kata Minghao yang mengambil posisi duduk di sebelah Dokyeom.

Setelah menghabiskan air kelapa tersebut, gua menaruh gelas tadi di atas meja lalu membetulkan posisi duduk gua untuk mendengar Minghao. Gua tau dia ke sini juga buat ngomongin sesuatu.

"Kay, gua mau ngomongin soal kemaren." Kata Minghao.

"Ini sih tergantung pandangan orang ya, Kay. Tapi, menurut gua wajar aja ada rasa lebih dalam persahabatan. Ya, namanya udah bareng bertahun-tahun, pasti ada lah yang namanya benih-benih cinta dan di mata gua itu bukan suatu kesalahan." Lanjut Minghao.

Gua mengangguk dan masih setia mendengar kata-kata Minghao, begitu juga Dokyeom yang sedari tadi cuma duduk diam sambil memperhatikan gua dan Minghao.

"Namanya perasaan tuh susah dikontrol." Katanya lagi.

"Gua udah paham kok." Kata gua yang mulai angkat bicara.

Minghao bergeming dan memberi gua kesempatan untuk berbicara. Dokyeom dan Minghao terus memperhatikan gua dan membuat gua merasa sedikit nggak nyaman.

"Soal itu gua udah mulai paham, Hao. Masalahnya yang gua nggak suka itu mereka adu jotos di depan mata gua, karna gua." Kata gua.

"Bukan karna lu juga, Kay." Kata Dokyeom.

"Tapi gua terlibat, kan?"

Dokyeom pun terdiam seakan setuju sama apa yang gua sampaikan. Minghao membuang nafasnya dengan kasar lalu menatap langit-langit rumah gua. Sekarang kita bertiga udah kayak orang linglung.

Ruangan kini bener-bener hening, nggak ada satu pun yang mau buka suara. Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Gua sendiri masih mengingat jelas bagaimana satu pukulan kencang Mingyu yang mendarat di pipi Jaehyun. Lalu, dibalas lagi dengan pukulan Jaehyun yang nggak kalah keras di pipi Mingyu.

"Udah, Kay. Nggak usah pikirin itu dulu. Yang ada lu malah nggak sembuh-sembuh." Kata Dokyeom.

"Pengennya gitu, Kyeom. Cuma nggak gampang." Kata gua.

Minghao menepuk-nepuk punggung gua dan tersenyum hangat kepada gua seakan memberikan semangat untuk gua.

"Semuanya pasti ada jalan keluarnya, kan? Tenang aja. Gua juga bakal bantu lu kok." Kata Minghao.

Senyuman gua mengembang setelah mendapat semangat dari Minghao. Sekarang gua sadar kalo gua nggak bener-bener sendirian. Masih ada sahabat-sahabat gua yang lainnya.

B-Friend ; Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang