"Siang-siang udah kena bonyok aja." Kata gua sambil duduk di bench yang ada di lapangan basket cluster rumah gua.Katanya Mingyu belom mau pulang dan masih mau ngobrol sama gua. Setelah gua mandi dan setelah hujan berhenti, gua sama Mingyu pergi ke lapangan basket berdua. Gua juga sama sekali nggak nolak ajakan dia.
Bench tempat gua sama Mingyu duduk itu tepat di bawah pohon rindang. Gua merasa suasananya jadi lebih bagus. Gua suka berada di bawah pohon rindang kayak sekarang.
"Nggak berasa." Katanya.
Gua sama Mingyu sama-sama hening. Gua menyapu seluruh pandangan gua ke sekitar lapangan. Gua sendiri nggak tau apa yang gua cari. Tapi, yang pasti gua nggak berani natap mata Mingyu sekarang.
"Jangan kemana-mana. Gua takut lu berubah pikiran." Kata Mingyu.
"Kalo gitu bikin gua punya alesan supaya gua nggak pindah dari sini." Kata gua.
Mingyu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia memegang tangan gua, tapi gua masih enggan menoleh ke arahnya.
Tangan Mingyu meraih wajah gua agar gua bisa menatap matanya. Gua melepas tangannya dari tangan gua karna gua nggak mau kalo misalnya nanti ada orang yang liat dan dikiranya gua macem-macem sama Mingyu. Walaupun emang sebenernya lapangan basket ini sepi banget dan hampir nggak ada yang dateng kalo langit masih terang.
"Emang gua nggak bisa jadi alesan lu buat tetep tinggal di sini?" Tanya Mingyu.
"Well-"
"Gua tau apa mau lu." Kata Mingyu.
Syukur lah kalo dia peka apa maksud gua. Jujur aja gua pengen dapet status yang jelas dari Mingyu. Entah gua udah gila atau apa.
"Apa masih ada yang lu raguin dari gua?" Tanya gua.
"Nggak ada, Kay." Jawab Mingyu.
Suasana hening kembali melanda setelah Mingyu menjawab pertanyaan gua. Kalo begini, apa gunanya Mingyu ngajak gua ke lapangan bakset? Kan tadi katanya dia ngajak gua ke sini karna mau ngobrol sama gua.
"Kay." Panggil Mingyu dan gua hanya berdehem.
"Gua nggak main-main, gua sayang sama lu beneran. Cuma lu sabar dikit lagi. Gua cuma mau nyari momen yang pas." Katanya.
Kalo boleh jujur ya gua nggak sabar. Bukan tanpa sebab, tapi udah jelas banyak banget perempuan yang ngejar Mingyu dan gua cuma bisa diem merhatiin mereka dari jauh karna gua nggak bisa apa-apa.
"Lu tau ka-"
Drrt drrt
Mingyu mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celananya lalu berdiri dan mengangkat panggilan masuk di ponselnya tersebut.
Dari sini gua bisa melihat wajah Mingyu yang keliatan terkejut. Entah berita apa yang dia dapat, tapi sekarang dia udah keliatan gelisah. Gua sendiri jadi penasaran siapa yang nelfon dia dan ada apa.
"Kay, ikut gua, yuk." Ajak Mingyu setelah dia memutuskan sambungan telfonnya.
Alis gua menggerut dan dalam hati gua bertanya-tanya kenapa tiba-tiba dia ngajakin gua pergi setelah nerima telfon barusan? Dia mau ngajak gua kemana lagi?
"Please, gua mohon banget sekali ini aja. Setelah ini nggak bakalan ada apa-apa lagi." Kata Mingyu.
"Kemana dulu?" Tanya gua.
