"Malam, Sayang!"Gua mengerutkan alis gua saat melihat mama yang ternyata udah pulang. Lalu gua berjalan ke dapur untuk mencuci tangan sekaligus mengambil air minum untuk gua bawa ke atas.
Kalo dipikir-pikir gua sama mama ternyata emang nggak deket. Dia nggak pernah ngabarin gua kalo dia udah pulang atau ngasih tau gua kapan dia mau pergi. Semuanya selalu aja tiba-tiba. Ditambah lagi gua yang jarang banget ngobrol sama dia. Bahkan hampir nggak pernah.
"Kate!"
Langkah gua terhenti tepat di depan mama. Gua menoleh ke arahnya dan mengangkat kedua alis gua seakan bertanya kenapa dia memanggil gua.
Mama menyingkirkan laptop yang ada di pangkuannya tadi lalu membenarkan posisi duduknya. Dia memberi gua kode untuk duduk di single sofa yang ada di ruang keluarga.
"Besok dinner, ya." Kata mama.
"Iya." Kata gua.
"Pake baju yang rapih." Kata mama lagi, gua menganggukkan kepala gua.
Lalu mama menganggukkan kepalanya juga dan artinya gua bisa kembali ke kamar gua untuk istirahat setelah jalan ke cafe bareng Mingyu, Yugyeom, dan Heidi tadi.
Setelah gua mengganti pakaian, gua membaringkan tubuh gua ke atas ranjang kesayangan gua yang empuk lalu menatap langit-langit kamar gua.
Tanpa sadar, senyum gua mengembang sendiri saat mengingat segala perlakuan Mingyu pada gua. Dari menggandeng tangan gua, menaruh kepalanya di atas pundak gua, sampai memeluk gua di depan Yugyeom sama Heidi.
"I'm in love." Cicit gua.
Gua pernah merasakan ada di pelukan Mingyu dan juga di pelukan Winwin. Gua hanya bisa mendapat ketenangan saat dipeluk oleh Mingyu. Mungkin selama ini gua hanya mengagumi ketampanan Winwin dan bukan nyaman sama pribadinya.
Berbeda sama Mingyu. Saat gua bareng dia, gua merasa nyaman banget. Gua merasakan kasih sayang yang bener-bener tulus dari dia. Gua tenang selama gua ada di dekat dia.
Belom juga satu jam gua nggak ngeliat Mingyu, tapi rasanya gua udah rindu lagi sama dia. Apalagi melihat dan mendengar tawanya. Kenapa gua harus rindu sama dia? Kan dia tinggal di deket rumah gua.
"Huh, bego banget sih." Kata gua yang meurutuki diri gua sendiri.
Terdengar suara hujan yang mulai turun dari luar. Untung aja gua sama Mingyu udah sampai di rumah sebelum hujan turun. Kalo nggak gua sama dia bisa kehujanan dan dia bisa sakit.
Gua bangkit dari ranjang gua saat mendengar suara guntur. Gua berlari masuk ke dalam lemari gua agar gua bisa lebih tenang sedikit. Untunglah gua punya lemari yang besar dan bisa dijadikan tempat gua untuk bersembunyi.
Dari luar lemari, gua bisa mendengar suara ponsel gua yang berdering. Gua nggak sempat membawa ponsel gua bersama gua. Sekarang yang penting gua berada di tempat yang lebih aman.
Seharusnya gua bisa turun dan meminta tolong mama buat menenangkan gua. Tapi, itu hanya cerita lama. Gua tau dia bakalan ignore gua kayak waktu itu. Dia bilang gua udah gede dan harus bisa melawan rasa takut gua sendiri.
Ya, dia nggak sepenuhnya salah. Tapi, gua beneran butuh dia.
Dar!!
"Gosh!"
Dada gua terasa sesak lantaran panik mendengar suara guntur yang menggelegar. Mati-matian gua menahan tangisan gua agar tidak pecah di sini. Tubuh gua mulai gemetar mendengar suara guntur lainnya yang saling menyusul.