BAB 17

170K 12.8K 648
                                    

Paula baru saja keluar dari kamar mandi selesai membersihkan bagian bawah tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paula baru saja keluar dari kamar mandi selesai membersihkan bagian bawah tubuhnya.

Pandangan Paula bertemu dengan sosok laki-laki yang menjadi partner sexnya itu.

Nama laki-laki itu David, tetangga apartemen Nathanael.

Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hubungan intim, jika disuruh menghitung pun Paula tidak akan bisa. Karena ia tidak mengingat berapa banyak ia tidur dengan David.

David hanyalah satu dari sekian banyak laki-laki yang menghangatkan malam Paula saat ia sedang merasa butuh kehangatan.

"Aku tahu kau ini memang gila Paula, tapi aku tidak menyangka kau akan datang dan tidur dengan ku padahal kau baru saja bertunangan dengan Nathanael."

Paula berdecak kesal mendengar perkataan David, "Jangan sok suci kau David, kau saja mau meniduri wanita lain padahal kau sudah punya kekasih."

David mengangkat tangannya menyerah, tidak perlu berdebat panjang dengan Paula. Toh pada akhirnya mereka berdua sama saja.

"Aku pergi. Nathanael sepertinya sudah bangun" Paula meninggalkan David yang masih bersantai di atas ranjangnya.

Paula sengaja tidak membersihkan keseluruhan tubuhnya, keringat yang ia hasilkan dari kegiatannya dengan David akan ia jadikan alasan kepada Nathanael mengapa ia menghilang.

Saat Paula membuka pintu apartemen Nathanael, ia mendapati Nathanael sudah bangun dari tidurnya dan juga telah selesai mandi.

Nathanael yang tengah duduk di sofa dengan secangkir kopi itu melihat kearah Paula. "Kau baru selesai lari pagi?"

Paula menganggukkan kepalanya, dengan sengaja ia mengibas-ngibaskan tangannya. Seolah menunjukkan bahwa ia merasa sangat lelah dan gerah setelah melakukan olahraga pagi.

"Tadinya aku ingin mengajak mu lari pagi bersama, tapi kau terlihat lelah jadi aku tidak membangunkan mu." Paula berbohong.

Namun Nathanael percaya dengan perkataan Paula itu, kini Nathanael menatap Paula dengan tatapan bersalah. Ia teringat dengan perlakuannya kepada Paula semalam.

Nathanael merasa menyesal telah membentak Paula, dan Nathanael juga menyesal karena semalam ia terus memikirkan soal hubungan Agatha dengan Logan. Bahkan saat dalam tidurnya.

Seharusnya semalam Nathanael merayakan pertunangannya dengan Paula, paling tidak ia memeluk Paula dalam tidurnya. Tapi semalam Nathanael justru memunggungi Paula.

Beruntung Paula tidak sakit hati akan hal itu.

***

"Kau sungguh ingin pulang bukan karena kau masih marah dan salah paham padaku kan?" Logan baru mengambil kunci mobilnya, Agatha mendadak meminta untuk diantarkan pulang.

Agatha menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak marah. Aku hanya ingin pulang saja, dan juga Kak Ezekiel mungkin akan marah dan datang kesini sendiri menjemput ku jika aku tidak pulang sekarang."

Logan menganggukkan kepalanya mengerti, ia akan mengantar Agatha pulang. Lagi pula ada hal yang ingin ia bicarakan dengan Ezekiel.

"Kalau begitu, ayo."

***

Seperti yang Logan duga, Ezekiel tidak senang melihat kedatangan Logan. Melihat Logan mengantar Agatha pulang saja Ezekiel sudah terlihat tidak senang, apalagi saat Logan mengatakan bahwa ia ingin bicara empat mata dengan Ezekiel.

Ekspresi wajah Ezekiel langsung terlihat kesal.

"Apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Agatha penasaran.

"Kau masuk lah ke kamar Agatha, dan kau.." Ezekiel menunjuk ke arah Logan, "Ikut ke ruang kerja ku."

Sebelum Logan mengikuti langkah Ezekiel dari belakang, Logan menyempatkan diri mengecup pipi kanan Agatha.

"Jangan khawatir, ini hanya pembicaraan antara laki-laki."

Logan mengikuti langkah Ezekiel hingga mereka kini berdua berada di dalam ruang kerja milik Ezekiel.

Ezekiel duduk di sofa yang ada disana, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ezekiel masih dengan nada sinisnya.

"Kau masih saja tidak suka dengan ku." Logan ikut duduk di sofa, duduk bersebrangan dengan Ezekiel.

Ezekiel berdecih, apa memangnya yang Logan harapkan darinya. Senang dan tertawa bergembira begitu?

"Kau mengharapkan apa dari ku setelah kau menghamili adik ku, pelukan hangat?" sindir Ezekiel pedas.

"Ya, aku mengerti. Aku juga tidak melarang mu untuk membenci ku. Kau berhak untuk itu."

Ezekiel kembali berdecak kesal, "Berhenti basa-basi. Sekarang katakan apa tujuan mu kemari menemui ku? Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Jujur saja aku tidak ingin memiliki hubungan yang tidak baik dengan mu, kau sudah tahu bukan bahwa aku dan Agatha berencana untuk menikah bulan depan. Aku hanya ingin hubungan kita sedikit membaik, bagaimanapun kita akan menjadi saudara ipar."

Kening Ezekiel berkerut setelah mendengar kata saudara ipar. Terlihat sekali bahwa Ezekiel masih sangat tidak menyukai Logan.

"Mendengar kata saudara ipar membuat ku merasa mual."

Bukannya tersinggung dengan perkataan Ezekiel, Logan justru tertawa. Logan paham dengan perasaan Ezekiel.

"Aku mengerti, pasti rasanya aneh memiliki adik ipar yang jauh lebih tua dari dirimu sendiri."

"Bukan lebih tua, tapi seusia Ayah sendiri. Kau mungkin tidak punya adik wanita, tapi kau punya putra. Kau sudah pasti tidak senang jika putra mu menikah dengan wanita seusia mu."

Perkataan Ezekiel masuk akal, bahkan saat ini saja Logan tidak suka Nathanael menjalin hubungan dengan Paula, meski mereka berdua seumuran. Kalau bukan karena upaya Logan untuk mendapatkan Agatha, Logan juga tidak akan sudi menerima Paula sebagai pasangan putranya.

"Selain karena usia, apa alasan lain kau begitu menentang hubungan ku dengan Agatha?"

Ezekiel terdiam, mencoba mengingat hal-hal apa saja yang tidak ia sukai dari Logan. "Kau tidak mencintai adik ku, kau ingin menikahinya karena rasa tanggung jawab saja."

"Cinta bisa datang karena terbiasa, dan jujur saja aku merasa aku sudah mulai mencintai Agatha. Kalau aku tidak serius dengannya, aku tidak akan duduk disini dan mengajak mu bicara empat mata."

Logan berbohong, ia bukan sudah mulai mencintai Agatha. Tapi memang telah mencinti Agatha. Kalau tidak cinta, mana mungkin Logan bertindak sampai sejauh ini.

"Terserah kau saja, jika kau mengharapkan ku bersikap manis kepada mu. Hal itu tidak akan pernah terjadi. Tapi aku juga tidak akan bersikap egois dengan menghalangi rencana kalian untuk menikah. Satu hal yang pasti, jika kau menyakiti adik ku aku tidak akan segan-segan menghabisi mu. Aku tidak perduli kau puluhan tahun lebih tua dariku, tubuh mu lebih besar dariku ataupun kau lebih berkuasa dariku. Itu semua tidak akan menghalangiku dalam menghancurkan mu lebih-lebih dari kau menghancurkan adik ku."

Logan tersenyum mendengar perkataan Ezekiel, Logan tidak perduli dirinya tengah diancam oleh Ezekiel. Justru menurut Logan sikap Ezekiel itu adalah sikap yang bagus. Logan juga merasa senang karena Agatha memiliki kakak yang sangat menyayanginya seperti Ezekiel.

***

Maaf agak pendek.

Sengaja aku potong karena part selanjutnya itu flashback dari sudut pandang Logan.

next chapter preview

"Logan.. logan.. dari sekian banyak wanita diluar sana, kenapa harus kekasih putra mu sendiri."

Devilish Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang