BAB 45

114K 11K 927
                                    

Logan baru kembali dari ruang meeting ketika ia bertemu dengan Edgar yang hendak menuju ruangan Logan.

"Kau baru selesai meeting?" tanya Edgar pada Logan, "Apa kau punya waktu?"

"Ada apa? Apa hotel mu kena razia polisi?"

Edgar berdecak, apa-apaan pertanyaan Logan itu. Mana pernah hotel-hotel yang Edgar miliki kena razia polisi. "Jawab saja pertanyaan ku, apa kau ada waktu?"

"Pekerjaan ku masih banyak yang harus ku selesaikan, tapi kalau kau butuh bantuan ku atau sejenisnya katakan saja. Pasti akan ku bantu." Logan memang punya banyak pekerjaan tapi jika Edgar membutuhkannya Logan pasti siap menolong, terlebih lagi Edgar sudah banyak membantu Logan selama ini.

"Kalau begitu luangkan waktu mu lalu temui Nathanael di penjara."

Alis Logan terangkat, ia menoleh ke arah Edgar dengan bingung. "Kenapa kau mendadak menyuruh ku ke sana? Bukannya kau itu tidak suka dan tidak mau perduli dengan Nathanael?"

Edgar menghela nafas berat, "Aku baru saja kembali dari sana. Nathanael bilang dia ingin bertemu dengan mu. Dia ingin meminta maaf."

Logan terdiam, ia merasa enggan untuk bertemu dengan Nathanael. Bukan karena benci tapi karena takut Logan akan kecewa lagi jika ia ke sana dan ternyata di sana Nathanael justru mengancam dan memaksa untuk dibebaskan.

"Jangan tunda-tunda lagi Kak, kau harus bicara dengan Nathanael. Bicara baik-baik. Aku tahu sebenarnya kalian berdua itu saling menyayangi satu sama lain."

Lama Logan berpikir hingga akhirnya ia mengangguk, "Ya, aku akan menemui Nathanael."

Logan dan Nathanael memang harus bertemu, bicara empat mata dan saling jujur satu sama lain. Dengan begitu mereka bisa saling mengerti dan tidak akan ada lagi kesalahpahaman diantara mereka.

***

Nathanael tersenyum senang ketika ia tahu bahwa Logan mengunjunginya, Nathanael kira Ayahnya itu sudah tidak mau lagi bertemu dengannya. Tapi ternyata Ayahnya itu masih mau datang kemari.

"Pa.." panggil Nathanael pelan, matanya berkaca-kaca karena senang Logan mau menemuinya dan juga karena Nathanael merasa menyesal. Menyesal karena telah berniat untuk membunuh Logan.

"Maafkan Nathanael Pa.." lirih Nathanael pelan.

Logan tidak menjawab Logan hanya diam memberikan Nathanael waktu untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Nathanael menyesal Pa.. Nathan terbawa emosi sampai sampai nekat ingin membunuh Papa. Nathan kira selama ini Papa gak sayang sama Nathan, karena yang Papa pikirin selalu soal pekerjaan, Papa jarang ada di rumah. Nathan merasa kesepian dan perasaan itu terbawa sampai Nathan dewasa."

Nathanael mengusap air matanya yang meleleh membasahi pipinya.

"Nathan minta maaf karena sudah jadi anak yang tidak tahu diri, tidak tahu terima kasih padahal Papa sudah memberikan segalanya untuk Nathan. Nathan gak pernah hidup kekurangan, tapi Nathan justru serakah ingin mengambil semua yang Papa miliki."

Jujur Logan tersentuh dengan permintaan maaf Nathanael, karena sejak Nathanael kecil mungkin ini pertama kalinya Logan melihat Nathanael meminta maaf padanya dengan tulus dan dengan keadaan bercucuran air mata.

"Papa juga minta maaf, Papa tidak bisa menjadi orang tua seperti yang kamu inginkan."

Nathanael menggelengkan kepalanya, Logan sudah menjadi orang tua yang Nathanael inginkan. Sejak kecil yang perduli kepadanya hanyalah Logan. Nathanael tidak bisa melihat hal itu karena ia diliputi rasa benci, benci karena orang tuanya tidak lagi bersama. Benci bahwa ia tidak seperti anak-anak lain yang punya orang tua lengkap.

Devilish Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang