BAB 31

123K 10.6K 429
                                    

Logan hari ini tersenyum lebar sekali, bagaimana tidak hari ini adalah hari yang paling ia tunggu-tunggu. Hari pernikahannya dengan Agatha.

Logan tersenyum lebar menyapa para tamu yang hadir ke acara pernikahannya ini.

Tidak sedikit tamu yang berbisik-bisik membicarakan Logan, lantaran ini pertama kalinya mereka melihat sosok Logan terlihat bahagia sekali.

"Apa bibir mu tidak pegal tersenyum seperti itu terus Kak?" Edgar yang juga menghadiri acara pernikahan Logan itu meledek Logan yang sejak awal ia datang terus saja tersenyum tanpa henti.

"Ah, kau sudah datang." Sapa Logan tak menghiraukan ledekan Edgar.

"Aku sudah datang dari tadi dan memperhatikan mu yang terus tersenyum seperti orang idiot." Ledek Edgar sekali lagi pada Logan.

Logan tak membalas perkataan Edgar, ia sadar betul bahwa apa yang Edgar katakan itu ada benarnya. Siapa juga yang bisa menahan senyum ketika berhasil mendapatkan pujaan hati yang sudah bertahun-tahun ia dambakan.

"Aku tidak bisa berbincang-bincang lama dengan mu Edgar, aku harus menyapa tamu lainnya." Logan pamit pergi, banyak tamu yang harus ia sapa.

Logan sekilas melirik ke arah Nathanael yang duduk diam di kursi tamu, tidak mau repot-repot menyambut tamu. Wajah Nathanael terlihat muram.

Memangnya apa yang Logan harapkan, tidak mungkin Nathanael senang dengan pernikahan ini.

Persetan jika Nathanael tidak tersenyum, setidaknya dia tidak membuat masalah atau berusaha mengacaukan pernikahan ini.

***

Agatha menatap pantulan dirinya di cermin, jantungnya berdebar-debar kencang. Tidak disangka hari ini ia akan menikah dengan seseorang yang dulunya hampir menjadi mertuanya.

Agatha memperhatikan penampilannya dari ujung kaki hingga ujung rambut melalui pantulan cermin, ia telah didandani secantik mungkin untuk acara ini.

Pintu ruang riasnya tiba-tiba saja terbuka, Ezekiel muncul dengan stelan rapihnya. Tersenyum memperhatikan Agatha.

"Kau cantik sekali." Puji Ezekiel pada Agatha, ia melangkah mendekat dan mengusap lembut pipi adik perempuannya itu.

"Jika saja Mama dan Papa masih hidup, mereka pasti sedang menangis bahagia melihat mu menikah. Atau mungkin mereka justru kesal karena kau menikahi om-om tua seperti Logan."

Ezekiel tidak ingin suasana menjadi melankolis sehingga ia menyelipkan candaan dalam perkataannya, sontak Agatha yang mendengarnya tertawa dan memukul bahu Ezekiel pelan.

"Kakak tidak apa-apa aku menikah?"

Sebenarnya Agatha masih khawatir dengan kakak laki-lakinya itu, pasalnya jika ia menikah dan tinggal dengan Logan maka kakaknya itu akan sendirian.

Agatha takut Ezekiel akan kesepian, apalagi belum lama ini Ezekiel baru saja bercerai dengan istrinya.

"Kenapa kau bertanya begitu?" Ezekiel balik bertanya.

"Aku akan menikah, artinya aku tidak bisa tinggal bersama mu lagi Kak. Aku takut kau merasa kesepian tinggal di rumah besar itu tanpa aku."

Ezekiel berdecak, jadi itu yang Agatha khawatirkan. Seharusnya bukan hal itu yang Agatha pikirkan sekarang. Agatha tidak perlu mencemaskannya.

"Meskipun kau tidak menikah dengan Logan pun aku juga tetap akan kesepian. Kau terus saja pergi menginap di rumahnya, ya jadi tidak ada bedanya." sindir Ezekiel pada Agatha.

Agatha malu sendiri karena sindiran Ezekiel. Ya memang benar sih Agatha selalu menghabiskan waktunya dengan Logan dan jarang pulang tapi Ezekiel tidak perlu menyindirnya seperti ini. Agatha bertanya itu karena khawatir.

"Kita sudahi saja obrolan tidak penting ini, sekarang saatnya aku mengantar mu ke altar. Logan dan para tamu undangan sudah menunggu." Ezekiel mengulurkan tangannya, menggandeng Agatha menuju altar.

Altar tempat Agatha dan Logan akan mengucap janji suci mereka berdua.

Bersamaan dengan suara piano dan tepuk tangan dari para tamu undangan Ezekiel menggandeng Agatha melangkah bersama menuju altar.

Kedatangan Agatha disambut senyuman manis oleh Logan, mengulurkan tangannya ke arah Agatha. Dengan sigap mengecup punggung tangan Agatha ketika Agatha menerima uluran tangannya.

Keduanya berpegangan tangan mengucap janji suci mereka dengan arahan pendeta.

Semua tamu tersenyum turut bahagia dan bertepuk tangan ketika keduanya berhasil mengucap janji suci mereka.

Hanya satu orang di dalam gedung tersebut yang tidak ikut bahagia melihat kebahagiaan Agatha dan Logan. Orang itu tak lain adalah Nathanael.

Nathanael tidak tersenyum sedikitpun, Nathanael bahkan buang muka saat Agatha dan Logan berciuman sebagai perayaan status mereka yang kini sudah menjadi suami istri.

Semua orang kembali bertepuk tangan riuh merayakan resminya Agatha dan Logan menjadi suami istri, hanya Nathanael yang tidak bertepuk tangan.

Namun tepuk tangan riuh tersebut terhenti ketika polisi tiba-tiba memaksa masuk ke acara pernikahan Agatha dan Logan, membuat para tamu terkejut dan mulai berbisik-bisik.

Ada apa gerangan polisi datang kemari? Ke acara yang seharusnya acara bahagia.

Semua mata tertuju pada polisi tersebut, memperhatikan polisi itu berjalan mendekati Nathanael dan memasangkan borgol di tangan Nathanael secara paksa.

"Tuan Nathanael anda kami tahan atas tuduhan pemerkosaan dan percobaan pembunuhan, anda punya hak untuk bungkam, anda berhak untuk didampingi pengacara." ucap polisi tersebut sembari memasang borgol di kedua tangan Nathanael.

Semua tamu yang ada di ruangan itu terkejut bukan main dengan apa yang mereka lihat. Tak terkecuali dengan Logan.

Logan segera menghampiri Nathanael dan polisi tersebut, diikuti oleh Agatha dari belakang.

"Ada apa ini? Kenapa kalian memborgol Nathanael?!" tanya Logan emosi, ia tidak terima putranya diperlakukan seperti itu terlebih lagi di acara pernikahannya ini.

"Mohon untuk tidak menghalangi tugas kami Pak, kami hanya menjalankan tugas. Putra Bapak kami tahan atas tuduhan pemerkosaan dan percobaan pembunuhan." jelas polisi itu sekali lagi kepada Logan.

Logan menggelengkan kepalanya, ia beralih menatap Nathanael. "Itu tidak benar bukan Nathanael? Kau tidak melakukan hal yang mereka tuduhkan itu bukan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Logan, Nathanael hanya diam saja. Tidak mau membuka mulutnya sedikitpun membuat emosi Logan semakin tersulut.

Dihari bahagianya ini, Nathanael justru membuat masalah.

Plak!

Satu tamparan melayang ke pipi Nathanael, tamparan keras hingga pipi Nathanael memerah dan sudut bibirnya terluka.

Tidak bisakah sekali saja Nathanael tidak membuat masalah? Dan kenapa harus hari ini? Hari yang paling Logan tunggu-tunggu, hari yang seharusnya menjadi hari bahagia Logan.

Logan sudah muak dengan segala masalah yang Nathanael buat. "Bawa dia dan penjarakan dia. Kalau perlu hukum dia seberat-beratnya aku tidak perduli lagi."

Agatha yang berada di belakang Logan bingung harus bagaimana, yang bisa ia lakukan hanya menarik Logan pergi bersamanya menuju ruang rias sementara Nathanael dibawa pergi oleh polisi.

Ezekiel dan Edgar terpaksa mengambil alih fokus pada tamu, mengumumkan bahwa acara sudah selesai dan sebaiknya para tamu segera pulang ke rumah masing-masing.

Karena tidak mungkin acara ini bisa berlanjut lebih jauh lagi setelah kekacauan yang terjadi.

Ezekiel memijit pelipisnya, "Sudah ku duga akan begini, sejak awal aku sudah punya firasat buruk dengan Ayah dan anak itu. Mereka selalu terlibat dalam banyak masalah."

-

Devilish Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang