Logan menatap Nathanael dengan tatapan datar, untuk kesekian kalinya Logan merasa dikecewakan oleh Nathanael.
Nathanael tak jauh berbeda dengan mendiang Ibunya yang serakah.
"Baiklah, Papa akan belikan kau rumah dan Papa akan menaikan jabatan mu di perusahaan. Untuk soal saham akan Papa berikan nanti jika Papa mati sebagai warisan untuk mu. Apa kau puas sekarang?" ujar Logan mengalah, lebih baik ia mengeluarkan uang dari pada keselamatan mental Agatha terancam karena Paula dan Nathanael.
Nathanael menganggukan kepalanya, baiklah tidak apa ia tidak mendapatkan saham dari Logan sekarang ini. Ia bisa memintanya lain kali. Yang terpenting sekarang adalah rumah dan jabatan yang tinggi.
"Sekarang kau turun dari mobil Papa." Perintah Logan kepada Nathanael, mereka belum sampai ke apartemen Nathanael tapi Logan sudah muak satu mobil dengan Nathanael. "Sebaiknya kau naik taxi saja."
Nathanael tidak mengeluh, ia segera turun dari mobil Logan. Yang terpenting baginya adalah Logan membelikannya rumah dan menaikkan jabatannya. Nathanael sudah tidak mau lagi berada diposisi bawah bergaul dengan karyawan rendahan.
Kebetulan saat Nathanael turun dari mobil Logan, taxi segera muncul dan Nathanael tanpa pikir panjang masuk ke dalam taxi tersebut. Tidak melirik sedikitpun ke arah mobil Logan yang tengah memutar balik.
***
Agatha agak bingung ketika melihat Logan pulang dengan raut wajah tak bersahabat. "Apa ada masalah di kantor? Logan kau tidak perlu memaksakan diri untuk pulang lebih awal kalau kau memang banyak pekerjaan di kantor. Aku tidak apa-apa sendirian di rumah."
Agatha pikir raut wajah Logan terlihat tidak bersahabat karena masalah pekerjaan namun Agatha salah, Logan justru menggelengkan kepalanya dan memeluk Agatha erat. Seolah mencari ketenangan di dalam pelukan Agatha.
"Bukan itu sayang, aku tidak ada masalah apapun dengan pekerjaan. Aku juga tidak pernah merasa terbenam pulang lebih awal, bagiku pulang lebih awal justru adalah hal yang selalu ku tunggu setiap harinya. "
Tangan Agatha terangkat mengusap lembut punggung Logan. "Kalau begitu hal apa yang membuat mu murung seperti ini kalau bukan karena pekerjaan?" tanya Agatha sekali lagi.
"Ini soal Nathanael, dia kembali meminta untuk tinggal di rumah ini." Ujar Logan pelan.
Agatha melepaskan pelukan mereka, kini Agatha menatap Logan dengan tatapan serius. "Kau memperbolehkan nya?"
"Tentu saja tidak, aku tidak akan mungkin membiarkan mereka tinggal disini bersama kita. Terlebih lagi aku mengetahui betapa buruknya sifat asli Paula."
Agatha menganggukkan kepalanya puas, yang Logan lakukan sudah benar. "Bagus kau menolak permintaan Nathanael, karena kalau kau mengijinkan mereka tinggal disini maka aku akan angkat kaki dari rumah ini dan kembali ke rumah Kak Ezekiel."
"Aku tidak mau tinggal satu rumah dengan orang yang sengaja ingin menghancurkan kebahagiaan ku. Tapi apa Nathanael menerima penolakan mu? Bagaimana jika mereka merencanakan sesuatu agar tetap bisa tinggal disini?"
Logan menghela nafas berat, "Sebagai gantinya aku harus membelikan Nathanael dan Paula rumah baru dan menaikan jabatan Nathanael di kantor. Dengan begitu mereka tidak akan meminta untuk tinggal di rumah ini lagi."
"Kau akan membelikan mereka rumah?" tanya Agatha lagi.
Logan menganggukan kepalanya, "Lebih baik aku mengeluarkan uang untuk mereka dari pada aku membiarkan mereka tinggal disini dan mengganggu mu. Aku tidak ingin kau dan calon anak kita kenapa-kenapa"
Agatha tersenyum mendengar perkataan Logan, Logan selalu memikirkan perasaan Agatha dan menomorsatukan dirinya. Agatha kembali memeluk Logan erat-erat.
"Terima kasih karena sudah memikirkan perasaan dan kenyamanan ku, ku harap kedepannya tidak akan ada lagi masalah yang datang menimpa kita."
***
Edgar merasa jengkel saat ia mendapatkan kabar bahwa Nathanael naik jabatan menjadi seorang CEO di perusahaan milik keluarga Blake.
Bagaimana Edgar tidak jengkel, Edgar tahu sendiri bagaimana performa kerja Nathanael yang tidak ada bagus-bagusnya itu.
Disini Edgar sekarang, menemui Logan untuk mempertanyakan keputusan Logan yang menurutnya bodoh itu.
"Kau ini gila atau bagaimana Logan? Kau memberikan posisi sepenting itu kepada Nathanael yang tidak punya skill seperti itu?!"
Logan yang sedang menatap layar laptopnya itu mendongak menatap Edgar dan berdecak sebal. "Kau masuk sesuka hati mu dan sekarang kau berteriak pada ku?"
"Bukan itu permasalahannya sekarang Logan, kau menjadikan Nathanael sebagai CEO. Menjadi karyawan biasa saja dia tidak becus apalagi menjadi CEO. Aku begini karena aku perduli padamu Kak, apa kau mau menghancurkan perusahaan mu sendiri hanya demi anak tidak tahu diuntung itu?"
"Aku melakukan semua ini demi Agatha bukan demi Nathanael, Nathanael memaksa ingin tinggal bersama kami dan sebagai gantinya aku harus membelikan nya rumah dan menaikan jabatannya."
Edgar mengacak-acak rambutnya kasar, "Kau tidak perlu menjadikannya CEO, kau bisa jadikan dia manager atau apapun itu. Posisi itu terlalu beresiko, dan pemegang saham yang lainnya pasti tidak akan terima."
"Justru itu yang aku inginkan Edgar, aku ingin pemegang saham yang lain merasa tidak terima dengan posisi baru Nathanael dan mencari kesalahan Nathanael agar Nathanael bisa dimundurkan dari posisi itu. Agar Nathanael sadar bahwa tidak mudah menjalani pekerjaan meski ia anak pemilik perusahaan sekalipun."
Edgar berdecih, "Kau selalu saja memberikan pelajaran moral kepadanya tapi dia tidak pernah sadar, kalau kau ingin membuatnya sadar beritahu saja dia kalau dia itu bukan anak kandung mu. Agar dia sadar bahwa ia selama ini beruntung ditampung oleh mu sedangkan kalian tidak terikat darah sedikitpun."
"Kau tidak akan mengerti rasanya jika ku jelaskan sekalipun Edgar."
"Terserah kau saja Kak."
***
Paula tersenyum lebar sekali, ia suka rumah baru yang Logan belikan untuk dirinya dan juga Nathanael. Memang rumah itu tidak sebesar rumah yang Logan dan Agatha tempati tapi Paula tetap suka karena design nya yang mewah.
Paula juga senang karena sekarang suaminya sudah menjadi CEO, ini yang selama ini Paula inginkan menjadi istri dari seorang pengusaha kaya dan hidup dengan segala kemewahan yang ada.
Paula duduk di sofa empuk ruang tamu rumah barunya itu, Paula sudah tidak sabar ingin membawa teman temannya kemari dan memamerkan segala yang ia miliki.
Nathanael yang baru selesai membawa koper miliknya dan Paula ke dalam rumah baru mereka itu hendak kembali ke kantor.
"Kau urus semuanya sendiri, aku harus kembali ke kantor."
Paula tersenyum manis pada Nathanael, "Semangat bekerja sayang ku, tenang saja aku akan mengurus rumah ini dengan baik."
Paula terlalu merasa bahagia, ia tidak tahu kalau kebahagiaan yang ia rasakan saat ini bersifat sementara.
-Next chapter preview
"Bagaimana rasanya Paula, melihat suami mu tidur dengan wanita lain di depan mata mu. Tapi dia tidak memperdulikan mu sedikitpun, bagaimana rasanya jadi diriku yang dulu?"
BAB 39 besok siang/sore.
Sorry pendek ya part-nya aku bagi dua.
Sebentar lagi tamat hehe 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish Choice [END]
RandomDiselingkuhi oleh calon tunangannya, Agatha Mackenzie bukannya membalas selingkuh dengan orang lain juga. Agatha justru melakukan one night stand dengan Ayah dari calon tunangannya sendiri. Sialnya lagi Agatha justru hamil, hamil anak dari orang yan...