“Kenapa kau diam saja kita diusir seperti ini?!” Paula marah kepada Nathanael yang menyeretnya keluar dari rumah besar Logan. Padahal Paula belum duduk ataupun minum teh disana, tapi ia sudah harus pergi saja.
“Kau tidak melihat betapa marahnya Papa ku?!” Nathanael ikut kesal, ia mulai merasa dongkol dengan sikap Paula yang menuntut. Nathanael juga kesal karena Paula mencari masalah dengan Agatha di depan Logan.
“Aku tidak tahu kalau Papa mu akan semarah itu hanya karena aku mengusir Agatha, lagi pula apa yang ku lakukan itu tidak salah. Agatha memang bukan siapa-siapa. Dia bukan lagi calon tunangan mu, calon tunangan mu itu aku. Seharusnya Papa mu mengerti.” Paula masih tidak terima bahwa ia sekarang berada di luar sementara Agatha berada di dalam rumah besar itu. Dan Paula bisa menebak bahwa di dalam sana Agatha pasti sedang menertawainya karena telah diusir.
Nathanael terdiam sejenak, wajahnya terlihat masam. “Sepertinya Papa benar-benar punya hubungan dengan Agatha, ku kira mereka berpura-pura dekat hanya untuk membuat ku kesal dan cemburu. Tidak seperti saat di kantor yang bisa saja direncanakan, hari ini aku tidak mengabari Papa bahwa kita akan datang tapi disana ada Agatha. Bukan hanya itu saja tapi mereka mandi bersama.”
Kening Paula semakin berkerut, emosinya semakin tersulut saat melihat raut wajah masam Nathanael. “Kau tidak sedang cemburu bukan?”
Nathanael menggelengkan kepalanya, “Aku tidak cemburu terhadap kedekatan mereka, aku hanya merasa bahwa hubungan mereka sepertinya sungguhan. Karena belasan tahun setelah Mama meninggal, ini pertama kalinya Papa membawa pulang wanita lain ke rumah.”
“Papa mu membawa Agatha ke rumahnya pasti karena Agatha memaksanya. Kau tahu sendiri tidak mungkin Agatha tidak membenci kita. Aku yakin ini salah satu dari rencana busuknya, dia ingin membuat hubungan mu dengan Papa mu merenggang.”
Nathanael tiba-tiba teringat dengan sikap Logan yang menjadi lebih disiplin kepadanya di kantor, Logan menjadi lebih sering mempermasalahkan hal-hal yang Nathanael lakukan. Padahal dahulu Logan tidak pernah perduli meski Nathanael makan gaji buta.
“Mungkin kau benar.”
***
“Kau terlihat sangat kesal, padahal aku lah orang yang dihina oleh Paula.” Agatha memperhatikan Logan yang telah menutup dan mengunci pintu rumah, raut wajah Logan terlihat sangat kesal.
“Aku marah karena kesenangan ku diganggu.” Jawab Logan sembari melangkah mendekati Agatha, ia mengangkat Agatha yang sedang duduk di sofa ke dalam gendongannya.
“Urusan mu dengan ku masih belum selesai.”
Logan kembali membawa Agatha ke dalam kamar mandi, meneruskan kegiatan mereka yang sebelumnya terhenti karena kedatangan Nathanael dan Paula.
Awalnya Logan ingin berendam kembali dengan Agatha, namun air di dalam bathtub tak lagi hangat. Mengisi ulang bathtub akan memakan waktu lagi, Logan tidak sesabaran itu.
Logan justru menyalakan shower, menurunkan Agatha dari gendongannya. Melepaskan handuk yang terlilit di pinggangnya dan juga melepaskan bathrobe yang Agatha kenakan.
Setelah mereka berdua kembali telanjang bulat, Logan menarik Agatha masuk ke dalam shower bersamanya. Membiarkan rintik-rintik air tersebut membasahi tubuh telanjang mereka.
Dalam derasnya air shower Logan mencium Agatha, bibir mereka saling bertaut satu sama lain, mengecap, menjilat dan membelit lidah.
Cukup lama keduanya saling bertukar air liur, hingga akhirnya tautan bibir mereka terlepas. Kali ini Logan memberikan sabun kepada Agatha, setelah sebelumnya Logan menyabuni tubuh Agatha kini justru kebalikannya.
Agatha yang bertugas menyabuni tubuh Logan.
Berawal dari bahu Logan yang lebar, tangan Agatha bergerak turun menyabuni lengan kekar Logan. Ada rasa asing yang muncul dibenak Agatha ketika ia berhasil menyentuh tubuh Logan yang sebelumnya hanya bisa ia curi-curi pandang.
Kini tangan Agatha sudah berada di dada Logan, mengusap dada bidang itu dengan perlahan. Saat Agatha sibuk dengan dada dan perut Logan, Logan hanya bisa memandangi Agatha dengan nafas menderu cepat.
Sentuhan Agatha membuat gairahnya semakin memuncak, Logan sudah tidak tahan lagi. Ia segera mengambil alih sabun yang berada ditangan Agatha dan menaruhnya kembali ke tempatnya.
“Berlututlah..” perintah Logan pada Agatha.
Agatha tidak berkata apa-apa, hanya menuruti apa yang Logan perintahkan. Agatha sudah tahu apa yang Logan inginkan.
Agatha berlutut di depan Logan, wajahnya berhadapan langsung dengan ereksi Logan. Agatha mendongak menatap wajah Logan, menunggu perintah lainnya dari Logan.
“Lick it baby, lick it like it's a lollipop.”
***
Selama perjalanan pulang Paula tidak bisa tidak memikirkan tentang Logan dan Agatha.
Pertama, Paula sangat kesal karena Agatha bisa dekat dengan Logan. Yang kedua, Paula kesal karena dulu ia tidak mencoba menggoda Logan.
Padahal Logan punya badan yang bagus, dan juga semua aset kekayaan dan perusahaan adalah milik Logan. Jika Paula bisa mendapatkan Logan pasti Paula lebih beruntung, ia susah susah merebut Nathanael dari Agatha karena berpikir Nathanael akan menjadi pewaris tapi sekarang Agatha justru mendapatkan Ayahnya Nathanael.
Benar-benar menyebalkan. Agatha tidak bisa melihatnya senang sedikit saja. Padahal Agatha sudah kaya, sudah memiliki segalanya. Agatha bisa mencari laki-laki lain. Kenapa harus menghalangi jalan yang sudah Paula buat susah payah.
***
Agatha memejamkan matanya ketika kepalanya digerakkan maju mundur dengan cepat oleh Logan, Agatha bahkan tersedak namun nampaknya Logan tidak ambil pusing dengan hal tersebut.
Logan terus menggerakkan pinggulnya dan kepala Agatha, seolah ada kesenangan sendiri baginya saat melihat wajah Agatha memerah karena tersedak berkali-kali.
Awalnya Agatha kira semuanya sudah selesai namun Logan justru kini kembali menyuruh Agatha untuk menungging sembari berpegangan pada wastafel.
Untuk yang ketiga kalinya setelah percintaan mereka di ruang VVIP club lalu di kantor Logan, kini mereka kembali melakukannya di kamar mandi rumah Logan sendiri.
Tubuh keduanya menyatu diiringi suara gemericik air shower yang menyentuh lantai kamar mandi.
Suara gemericik air tersebut bagaikan instrumen musik yang bersatu dengan suara desahan Agatha dan deru nafas Logan yang memburu.
Menciptakan melodi-melodi erotis.
Logan mempercepat gerakan sembari berbisik di telinga Agatha. “I swear to you I won't stop until your legs are shaking.”
Logan tidak bermain-main dengan perkataannya, gerakan Logan semakin cepat membuat Agatha juga mendesah lebih keras.
“You know what you need to do baby.”
Agatha tidak lagi hanya mengeluarkan desahan, kini Agatha menjadi lebih berani. “Ahh Daddy.. please don't stop.”
—
Next Chapter
“Shit! Jangan bilang aku ini hamil?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish Choice [END]
RandomDiselingkuhi oleh calon tunangannya, Agatha Mackenzie bukannya membalas selingkuh dengan orang lain juga. Agatha justru melakukan one night stand dengan Ayah dari calon tunangannya sendiri. Sialnya lagi Agatha justru hamil, hamil anak dari orang yan...