"Hyun-ah!"
Wanita yang dipanggil namanya itu terkesiap sesaat menoleh. Berdiri tak jauh dari pintu utama tempatnya bekerja, terlihat Minhyun yang menunggu sembari melambaikan tangan. Pria jangkung yang masih mengenakan setelan rapinya tersebut terus mendekat dan mengumbar senyum. Senyum yang ramah.
Namun, berbeda dengan Minhyun, Sohyun sedang tak ingin membalas senyum. Siapa pun itu, tidak terkecuali Minhyun. Mungkin dikarenakan perasaannya sedang rapuh saat ini. Merasa gamang. Berapa kali ia berusaha menenangkan diri, nyatanya sulit menepis ingatan berkecamuk tentang pertemuannya beberapa jam lalu dengan ibu Jimin. Terlebih setiap perkataan tajam yang dilontarkan wanita baya itu menyayat hati dan sangat menusuk. Termasuk ekspresi Jimin yang tiba di menit-menit terakhir. Apakah pria Han itu juga berpikir untuk mengambil Ye Won darinya? Tak bisa dipungkiri, pikiran Sohyun kusut akibat hal-hal menyebalkan tersebut.
"Oppa," sapa Sohyun lesu seketika Minhyun mendekat, "mau apa ke sini?"
Alis kanan Minhyun berjungkit. "Jangan bilang kau lupa?"
Gantian Sohyun yang menaikkan alisnya.
"Aku ingin menjenguk Ye Won. Bukankah ini memang sudah jam pulang kerjamu?" Minhyun memeriksa jam tangannya seolah meyakinkan bahwa ia tidak salah waktu.
Sudut bibir kanan Sohyun sempat meninggi, walau cuma berlangsung kurang lima detik. Minhyun tidak salah. Sebaliknya, Sohyun yang melupakan janji mereka.
"Kita pergi sekarang?" Minhyun mengulurkan tangan.
Telapak tangan yang besar dan menarik perhatian Sohyun. Ada lima detik Sohyun memandangi uluran Minhyun. Ia berpikir seandainya dia menerima tangan hangat itu, apa harinya bakal menjadi lebih baik?
Sedikit demi sedikit Sohyun mulai mengangkat tangannya. Untuk kali ini, Sohyun juga ingin bertopang pada orang lain. Ia lelah.
"Ahn Sohyun!"
Kendati begitu, suara nyaring dari arah berbeda menarik perhatian. Bukan hanya perhatian Sohyun, tapi juga Minhyun yang menatap ke arah yang sama.
"Dia lagi!" lirih Minhyun sesaat menemukan Han Jimin.
Pria berambut keemasan itu keluar dari mobilnya dan mempercepat langkah mendekati keduanya.
"Kita perlu bicara!" Jimin mencekal tangan Sohyun dan coba menarik wanita tersebut bersamanya.
Akan tetapi, Sohyun telanjur menepis tangannya. "Apa ucapanku kurang jelas, Tuan Han? Semuanya sudah berakhir dan tidak ada hal yang perlu kita bicarakan lagi." Wanita Ahn itu melengos, langsung berjalan ke lain arah.
Meski Minhyun tidak memahami persoalan yang dihadapi Jimin dan Sohyun, tapi setidaknya kesempatan ini baik baginya. Minhyun tersenyum tipis sambil melirik Jimin. Sebelum akhirnya ia mengikuti langkah Sohyun yang berjalan beberapa langkah di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fanfic"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...