A Family

503 112 53
                                    

"Aku senang karena kau masih mau bertemu denganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku senang karena kau masih mau bertemu denganku."

Meletakkan cangkir kopinya, bibir Sohyun menyeringai. Tatapannya terlihat enggan bertemu dengan pria yang duduk di depannya, malah sengaja dialihkan ke arah berbeda. Lagi pula ia tidak benar-benar ingin bertemu dengan mantan suaminya itu. Kalau bukan terpaksa, Sohyun pun tak pernah menginginkan pertemuan ini.

"Jangan besar kepala," tandas Sohyun ketus, "aku tidak berniat menghabiskan waktu lebih lama di sini. Kalau tidak ada hal penting yang mau dibicarakan, sebaiknya—"

"Kalau begitu kenapa kau mau bertemu denganku?" potong Minhyun, "kau bisa menolakku."

"Karena kau memohon." Sohyun menjawab tegas. Kali ini berhasil menatap Minhyun diikuti sorot mata yang tajam.

"Kau sudah berubah, Hyun. Kau bahkan berani berbohong tentang pernikahanmu. Han Jimin, aku tidak tahu bagaimana bisa kau menyeretnya ikut dalam permainanmu. Apa kau tahu kalau dia sudah memiliki istri?

Bibir Sohyun menyungging. Lucu saja rasanya bila ia harus menerima nasihat dari mantan suaminya yang dulunya juga sulit menolak Nayeon karena rongrongan dari keluarga. Tahu apa Minhyun tentang dirinya? Atau alasan ia harus berbohong kala itu.

"Dan kau masih belum berubah," balas Sohyun sarkas.

Minhyun diam. Sepertinya usaha untuk berbicara leluasa dan nyaman dengan Sohyun lebih sulit dari perkiraannya. Wanita Ahn itu selalu menimpali perkataannya dengan tajam. Menunjukkan dengan jelas ketidaksukaannya.

Pria Kang itu lantas menyesap minumannya sebelum kembali bertanya, "Ye Won, apa dia putriku?"

Alis Sohyun kontan meninggi, lalu melipat tangan di depan dadanya. "Jangan bermimpi. Ye Won adalah putriku."

Minhyun terkekeh. Dari rautnya terkesan sedang mencemeeh. "Benarkah? Lalu siapa ayahnya? Aku sudah memeriksa latar belakangmu, ternyata kau tidak pernah  menikah lagi dengan siapa pun, Hyun. Tidak setelah kita bercerai."

Seketika bibir Sohyun terasa kelu. Ia ingin menyanggah, tapi tidak bisa. Wanita itu lantas memilih berdiri. Ia masih kesulitan bila berhadapan dengan Minhyun. Anggap saja dia masih belum terbiasa, atau masih canggung. Bagaimanapun, Sohyun tidak mungkin bisa menang beradu debat dengan Minhyun yang pembawaannya lebih tenang ketimbang dia yang gampang tersulut emosi. 

"Katakan yang sejujurnya, Hyun. Apa pada saat kita bercerai kau ternyata sedang hamil? Seandainya benar, Ye Won, dia pasti—"

"Maaf aku terlambat!"

Ucapan Minhyun terpotong bertepatan dengan kedatangan pria lainnya yang menyela begitu saja. Mata Sohyun melebar. Kendati demikian, tidak dengan Minhyun yang menoleh. Tatapannya tergurat hambar. Minim ekspresi saat berjumpa lagi dengan pria yang membantu Sohyun berbohong.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang