"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu."
Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya?
Ditambah Jimin tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menyukaimu, Ahn Sohyun!
Ucapan itu terus tebersit. Sangat mengganggu karena intens terngiang di kepala. Ibarat nyamuk yang berdengung ketika mendekati mangsa. Ikut memaksa sejumput keyakinan Minhyun untuk mendapatkan Sohyun goyah.
"Minhyun-ah!"
Pria putih berpostur tinggi itu menghentikan langkahnya sesaat belum lama tiba di rumah. Ia memandang ke arah sang ibu yang menyambut di ruang tamu dan kini berjalan mendekati.
"Ibu perlu bicara denganmu," tandas sang ibu dengan wajah hambar.
"Aku lelah, Bu. Sebaiknya kita bicara besok."
Belum sempat beranjak, lengan Minhyun lebih dulu dicekal. Cukup erat seturut tatapan sang ibu berubah kian tajam.
"Apa kau akan terus begini karena Sohyun?"
Setidaknya perkataan dingin ibu Minhyun berhasil menarik perhatian sang putra. Bisa dilihat dari ekspresi Minhyun yang berubah.
Ibunya meneruskan, "Batalkan kontrak dengannya dan jangan dekati dia lagi. Apa kau lupa kalau dulu dialah yang meminta cerai? Dan dia juga tidak tahu malu saat meminta ibu untuk memberikan uang padanya."
Topik ini lagi. Kepala Minhyun berdenyut. Belum hilang resah di di dada, lalu pertanyaan sang ibu tidak lantas membuatnya membaik.
"Kenapa?!" Ibunya semakin terdengar menantang. "Apa kau berharap ibu tidak akan tahu kebodohanmu ini? Beruntung Nyonya Han lekas memberitahu ibu, dengan begitu—"
Minhyun menyela, "Nyonya Han?"
"Benar." Wanita baya tersebut—ibunya—memalingkan wajah. Masih biram. "Ibu malu saat dia bilang kau masih bertemu dengan wanita tidak tahu malu itu. Dia juga bilang kalau Sohyun mengincar putranya, Han Jimin. Karena itu Minhyun, ibu—"
"Berhenti mencampuri urusanku, Bu!" Suara Minhyun tiba-tibameninggi. Seakan baru memuntahkan segala emosi yang tertahan. Pemilik wajah yang kerap tenang tersebut berubah gusar. " menyukai Sohyun dan ibu juga tahu aku belum melupakannya," ujar Minhyun, kemudian mengusap wajahnya, "dan semua ini bukan salah Sohyun."
Minhyun pun beranjak ke lantai atas, menuju kamarnya. Ia sudah selesai bicara.
"Minhyun!"
Seruan ibunya tak lebih dari pemecah sunyi. Tak tergubris, diabaikan begitu saja.
Aku menyukaimu, Ahn Sohyun!
Sebaliknya, suara Jimin berdenging lagi di ingatannya. Ingin sekali Minhyun mengumpat pria Han tersebut. Dan seperti keyakinan Minhyun, semua ini bukan salah Sohyun, tapi salah Jimin. Kenapa pria Han harus menyela masuk di antara ia dan Sohyun?
**
"Lomba? Olahraga?"
Gadis kecil yang baru menyeruput vanilla milkshake di depannya mengangguk yakin. Bahkan tak segan menampakkan senyum diikuti deretan gigi kecil yang terpajang rapi.