Similar but not the same

513 127 60
                                    

Ditunggu vote dan comment-nya ❤️

Hampir sembilan puluh menit Jimin gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hampir sembilan puluh menit Jimin gelisah. Entah itu karena tontonan perempuan berambut blonde—Barbie—yang selama ini tidak masuk dalam bucket list-nya, atau karena bahu kirinya yang pegal karena seseorang yang begitu lelap bersandar. Sementara orang yang mengajaknya nonton—Hoseok—dinilai tidak bertanggung jawab. Nyatanya, sang asisten berkacamata itu pergi. Belum ada sepuluh menit film diputar, Hoseok berpamitan pulang karena dapat kabar kucing di rumahnya akan melahirkan. Ngotot pula. Katanya, ini persalinan pertama.


Ini bukan liburan namanya. Setelah pemilihan film yang salah, kini Jimin harus berkutat dengan wanita yang menumpang tidur di bahunya. Terlihat sangat pulas. Diibaratkan kayu yang terjatuh, hampir tidak ada pergerakan sama sekali. Entah itu dikarenakan si wanita yang terlalu lelah atau seiyanya pola tidurnya memang seperti ini.


"Ibu memang begitu. Dia tidur seperti mayat kalau terlalu lelah."


Jimin menoleh. Gadis kecil yang duduk di sebelah si wanita dewasa—Sohyun—seperti baru saja membaca isi pikirannya. Memangnya dia cenayang?


Ye Won tampak abai. Kembali terlihat nikmat mengunyah popcorn-nya yang tinggal sedikit lagi. Tanpa melihat Jimin, ia kembali bilang, "Bersabarlah sedikit lagi, Paman. Nanti kalau Barbie-nya udah nyanyi lagi, itu tandanya sudah mau selesai. Setelah itu, aku bakal bangunkan Ibu."


Oke. Ini agak lucu, menurut Jimin. Kenapa dia malah seperti sedang diatur seorang anak kecil? Lucunya, kenapa pula kepalanya menganggut layaknya penurut.


Ah, sial! Kenapa auranya membuatku takut, decak Jimin membatin.


Sesaat Jimin tertegun dengan sikap cuek Ye Won, wanita di sebelahnya sedikit bergerak. Tadinya Jimin merasa lega karena berpikir mungkin wanita itu akan terbangun. Sayang, setelah menunggu beberapa detik dengan antusias, alih-alih bangun, Sohyun ternyata hanya memperbaiki kepalanya. Kendati demikian, ia tetap bersandar pada Jimin yang melihatnya dengan mata berkerut.


Perlahan wajah Jimin merona, seiring ia memalingkan wajahnya kembali ke layar. Pikirannya tidak bisa fokus diikuti jantungnya yang berdebar. Bukankah ini reaksi yang wajar sebagai seorang pria tatkala tanpa sengaja memperhatikan dalaman si wanita yang masih tertidur itu.


Tidak! Aku tidak bermaksud mengintip. Jimin membatin sambil menggeleng. Wanita itu yang salah. Kenapa membuka kancing bajunya terlalu banyak dan tidur sembarangan begitu. Benar, aku tidak salah. Kali ini Jimin mengangguk yakin, masih bergumam dalam hati.


Menggunakan sebelah tangannya, Jimin mulai mengipasi wajahnya yang memanas. Ingatan akan dalaman bewarna hitam itu masih berkelebat di ingatannya. Mungkin efek jarang memikirkan hal-hal seperti ini lantas hal sederhana begini saja sontak memancing libidonya membuncah.


QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang