New Relationship

474 122 71
                                    

"Selamat, Nona Ahn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Selamat, Nona Ahn. Projek perdanamu berhasil. Kita berencana untuk menambah jumlah produk di produksi kedua."

Sohyun tersenyum kikuk kala banyak orang yang memberi ucapan selamat, termasuk beberapa petinggi yang ikut hadir di ruang pertemuan. Menurutnya, ini sedikit berlebihan bila hanya ingin merayakan keberhasilannya. Pesan singkat sudah cukup mumpuni ketimbang perataan begini.

"Kudengar ada perusahaan yang mem-booking semua produk di lauching ini. Apa aku boleh tahu perusahaan apa?" Awalnya Sohyun ragu, tapi ia memberanikan diri bertanya pada manager pemasaran, yang turut hadir.

Usai melihat sekilas jamnya, wanita yang ditanya itu menjawab, "Kurasa sebentar lagi orang yang kaucari akan tiba. Katanya perusahaan mereka juga tertarik berinvestasi pada karya buatanmu, Nona Ahn."

Ucapan itu sama sekali tidak membantu. Sebaliknya, Sohyun kian dibuat penasaran. Setahunya ini bukan hari natal, jadi kenapa mendadak muncul Sinterklas yang memberinya kado sebagus ini?

"Itu dia orangnya!"

Sohyun mengikuti arah telunjuk si manager pemasaran bersamaan pintu terbuka dan menampilkan beberapa pria yang masuk. Sohyun awalnya coba tersenyum, tetapi niat itu menguap seketika. Sekujur tubuhnya mendadak bak mati rasa.

Nyatanya itu bukan Sinterklas ataupun penggemar rahasia. Itu bukan kado, melainkan bencana.

"Kau beruntung, Nona Ahn," bisik pekerja lainnnya.

Lucu saja. Kenapa cuma dia—Sohyun—mengartikan perayaan ini ke arah sebaliknya. Bukan kebahagiaan, ia malah seperti digiring masuk ke kenangan buruk yang masih mengusik.

"Akulah ayah Ye Won. Kau puas?"

Di lain tempat, Jimin begitu lantang mengatakan kalimat yang membuat orang-orang di sekitarnya tertegun.

"Tuan Han," desis Hoseok sarat dengan kekhawatiran.

"Kenapa? Apa aku salah bicara?" Jimin menengok ke belakang. Ada Ye Won yang menatapnya dengan aneh. Matanya tampak sayu. "Sebagai pemilik perusahaan, aku juga menempatkan diri sebagai ayah mereka. Aku harus melindungi semua model perusahaan ini dari wartawan sepertimu. Jadi, kalau masih butuh berita murahan, kau bisa menuliskan gosip-gosip itu, tapi ...." Jimin menyeringai sinis, lalu lanjut bilang, "Saat berita itu terbit, bersiap-siaplah untuk kehilangan pekerjaanmu. Termasuk perusahaanmu. Aku yakin kalian siap untuk bangkrut."

Yoojung mendesah panjang. Untuk beberapa saat ia sempat merasa sesak napas. Ternyata ... perkataan Jimin tidak seperti yang diartikannya. Ayah, itu cuma sejenis ungkapan biasa.

"Kau sebaiknya pergi dari sini." Hoseok mengusir wartawan yang kontan pergi tanpa perlawanan. Setidaknya ucapan Jimin barusan berhasil membuatnya bungkam.

"Ye Won-ah, kau baik-baik saja. Sebaiknya jangan—"

"Anakmu pasti banyak sekali, Paman," potong Ye Won membuat Jimin kehilangan kata. Padahal tadinya ia ingin menenangkan gadis kecil. Sempat terpikirkan Ye Won ketakutan. Sayang, sepertinya dugaan Jimin salah besar.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang