She and Her Daughter

628 136 28
                                        

Don't forget to leaves your traces; either it is vote Or comment 😊

Don't forget to leaves your traces; either it is vote Or comment 😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketibaannya pagi ini disambut Hoseok—sang asisten— yang mengernyit. Tergambar dari wajah Jimin, hari ini adalah pagi yang buruk. Terburuk, mungkin.


Sementara itu, Hoseok yang berjalan di belakang Jimin turut mempercepat langkahnya. Ia harus menahan rasa penasarannya minimal sampai Jimin duduk dan menyandarkan pungggung belakangnya.
Layaknya sekarang.

Hening. Jimin abai pada Hoseok yang jelas-jelas berdiri di hadapannya. Matanya terkunci pada dokumen di atas meja dengan posisi jemari saling bertaut. Entah apa yang dipikirkannya, tapi yang jelas ia sedang berpikir keras.

"Tu-Tu-Tuan Han?" desis Hoseok sedikit memajukan lehernya. Pria berkacamata itu ingin memastikan apa sang atasannya baik-baik saja. Masih terlalu pagi untuk berasumsi pria itu kesambet. Ah, lagi pula hantu pun malas merasuki Jimin yang acuh tak acuh begitu. Minim ekspresi, pasti tidak seru.


Sementara yang dipanggil namanya bergeming. Isi kepalanya kembali 'memainkan' pertemuan pagi ini dengan si wanita bencana.


"Marketing yang buruk? Pimpinan yang pelit? Lyn lebih baik, apa kau bisa menjelaskan lebih rinci Nona Ahn?"


Wanita berbola mata kecokelatan itu mendelik. Tampak terkejut sesaat Jimin tiba-tiba mencecarnya.


"Kenapa aku harus menjelaskannya padamu?!" Wanita itu lantas menyambar ponsel miliknya dari tangan Jimin seturut bibirnya mengerucut. "Apa kau tidak pernah diberitahu kalau mendengar orang yang sedang bicara itu adalah perbuatan tidak baik?" lanjutnya arogan.


Jimin berkacak pinggang sambil mendengkus. "Aku juga tidak berniat mendengarnya kalau kau tidak berbicara pakai pengeras suara, Nona."


Sohyun yakin barusan itu bukan pujian. Wanita berambut pendek itu lantas berdeham kikuk. Mana dia tahu suaranya sebesar itu?! Salahkan saja ruang basemen yang menghasilkan gema lebih lantang.

Tidak mau kalah gaya, Sohyun ikut berkacak pinggang. Sedikit memajukan dadanya yang ehem ... tidak seberapa. "Apa pun itu, kau tetap salah. Mengambil ponsel dan memutuskan pembicaraanku seenaknya. Ah ...." Sohyun menyipitkan mata dengan telunjuk mengarah ke Jimin. "Jangan bilang kau sedang menguntitku? Kau suka padaku gara-gara kejadian kemarin?" sambungnya percaya diri dan terkesan ... tidak tahu malu.

Sementara bagi Jimin, mungkin ini kali pertama ia menghadapi lawan bicara yang tebal muka. Sematan 'bencana' rasanya masih belum cukup, tetapi ia juga pantas dipanggil 'sok tahu'. Lihat bagaimana wanita itu membuat kesimpulan dengan ceroboh tanpa dasar yang cuma ada di dalam mimpi.


"Cih, mungkin memang aku yang salah. Seharusnya aku tidak bertanya pada wanita bertubuh papan cucian sepertimu kalau tahu kau sangat mudah salah paham. Berbicara denganmu hanya membuatku gila!" Jimin menyungging, lalu berjalan pergi layaknya menyudahi pembicaraan yang menggantung.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang