Re-meet

547 128 35
                                    

Don't forget to leaves your traces; either it is vote Or comment 😊

Don't forget to leaves your traces; either it is vote Or comment 😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seulgi kembali menatap mertuanya. Sosok renta itu tampak senang. Sejak tadi tidak henti-hentinya mengikik.

"Ibu, apa ada yang lucu?" Lantas ia bertanya.

Alis wanita baya itu meninggi sambil menatap Seulgi. Sosok itu sempat mengerjap, lalu jeda berikutnya dia tergelak lagi. "Ibu, masih teringat anak kecil tadi. Bukankah dia mengingatkanmu pada Jimin?"


Seulgi termangu, detik berikutnya wanita berambut panjang nan lurus itu memaksakan diri untuk kembali tersenyum. "Ah, berbicara tentang Jimin, apa benar tidak apa-apa kita mendatangi kantornya mendadak begini, Bu?"

"Tentu saja. Kenapa dia harus marah melihat ibu dan istrinya sendiri?"

Meski ucapan sang mertua terdengar percaya diri, ada kegelisahan di benak Seulgi. Sejak Jimin keluar dari rumah, suaminya itu tidak pernah mengangkat panggilan darinya. Kalaupun ia mengirim pesan, Jimin selalu membalas singkat. Terakhir, Jimin juga selalu bertanya tentang perceraian mereka. Terus mengungkit hal yang sama, walau ada kalanya tebersit keinginan Seulgi untuk melakukannya—cerai.

Seulgi meremas jemarinya. Hatinya terus mendua, antara ingin bercerai, tapi juga ingin terus mencoba untuk memiliki anak. Bila mengingat semua kekecewaan selama sepuluh tahun yang tak kunjung terjawab, atau rasa cintanya yang terpendam pada Jimin, ke mana jawabannya bakal bermuara?

Entahlah. Pilihan yang di punyanya memiliki ujung yang berbeda. Belum ada keputusan bulat yang diambil. Lagi pula, apa yang harus dikatakannya pada mertuanya, bahwa ia ingin bercerai karena lelah dengan tuntutan perkara anak? Atau sebaliknya. Cara untuk meyakinkan Jimin untuk mencintainya.


Sementara itu, berada di kantor barunya, Sohyun yang baru keluar dari pantry mengecek notifikasi yang baru masuk ke ponselnya. Dari Yoojung.


[Ye Won terpilih, Hyun! Dia terpilih jadi model. Coba tebak, perusahaan mana yang tertarik merekrutnya?]

Sohyun menelengkan kepala seturut alisnya berjungkit. Kopi hitamnya diletakkan di atas meja, lalu jemarinya dengan cepat membalas pesan sang sepupu.

[Benarkah? Perusahaan apa? Apa bayarannya mahal?]

Ditambahkan dengan beberapa emoticon bercanda yang membuat Sohyun terkekeh sendiri.

"Permisi, Nona Ahn!"

Perhatian Sohyun teralihkan pada seorang pekerja yang masuk ke ruangannya dan membawa beberapa sample kain. Dari perangainya yang tampak ketakutan mendekat, Sohyun bisa menebak kedatangannya tidak sekadar membawa bahan kain. Namun, ada hal lain dan itu bisa dibilang ... tidak baik?


QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang