Jealousy

591 115 73
                                    

"Katakan sekali lagi dengan jelas, Nona Ahn!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katakan sekali lagi dengan jelas, Nona Ahn!"

Nada suara yang menuntut, sementara Sohyun belum memikirkan alasan untuk berkilah, seolah daya kerja otaknya melamban dua kali dari biasanya. Sungguh menyedihkan. Lagi pula rasanya ini terlalu dini untuk beradu urat dengan Jimin. Oh, ayolah ... di depan Ye Won, putrinya? Dua orang dewasa saling mencibir? Bad example!

Sohyun menggerutu dalam hati. Seharusnya dia tidak menelan bulat-bulat ucapan Yoojung yang kini jadi beban pikiran.

"Ibu ... jaketku ketinggalan. Bisakah Ibu mengambilnya?"

Sohyun mendelik, lalu menatap Ye Won yang memainkan matanya. Sebuah senyum tipis terulas di paras putrinya. Seperti memberi kode halus bahwa ia sedang membantu ibunya.

"Aaa ... benar. Kalau begitu, Ibu ambilkan sebentar, ya." Tanpa basa-basi, Sohyun mempercepat langkahnya kembali ke apartemen. Menyisakan Ye Won dan Jimin yang mengernyit di di luar.

"Paman ...."

Jimin melihat Ye Won yang menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Terlalu datar, minim ekspresi.

"Terima kasih," lanjut Ye Won lirih.

Alis Jimin berjungkit, tapi tak lama kemudian dia bibir atasnya menyungging. "Untuk apa?" tanyanya, meski Jimin rasanya tahu untuk apa kata terima kasih itu ditujukan untuknya.

Ye Won menarik tali ranselnya lebih erat. Sebenarnya dia masih kurang suka dengan paman yang jadi tetangganya ini, tapi sedikitnya ia juga mengerti tentang sopan santun. Hal yang paling dasar, misalnya. Seperti mengucapkan terima kasih atas hal dilakukan Jimin, yang kata ibunya sudah menggendongnya di hari ia tertidur—meski dalam hati Ye Won tidak menyuruh pria itu untuk bersikap baik padanya.

"Untuk apa?" ulang Jimin. Kali ini sambil sedikit membungkukkan badan, berharap suara kecil Ye Won terdengar lebih jelas.


"Untuk—"

"Ye Won, Ibu sudah mengambilnya." Sohyun tiba dan menyela.

Ia memandang ke arah Jimin yang masih membungkukkan badan ke arah putrinya. Mengira pria itu berniat mengganggu putrinya yang tampak gelisah.


"Yak! Apa yang sedang kaulakukan?!" Sohyun menarik sang putri ke belakang tubuhnya.

"Memangnya apa yang kulakukan. Aku hanya bertanya padanya." Jimin menjawab santai. "Ah, kau juga belum menjawab pertanyaanku. Tadi apa—"

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang