Ketukan tumit tinggi Sohyun mengisi gema di sepanjang lorong menuju ruang wali kelas putrinya. Debar di jantungnya semakin berpacu sengit seiring pikiran buruk terus menggelimangi kepalanya. Kenapa rasanya sial sekali belakangan ini? Padahal niatnya ingin menyudahi satu per satu masalah yang mendera, tapi belum pencapaian terselesaikan kini telah muncul masalah baru.
Sohyun lekas menggeser kayu berlapis cat putih itu setibanya di ruang yang hampir terletak di ujung koridor.
"Ye Won!" seru Sohyun spontan, diikuti napasnya yang memburu.
Alih-alih menemukan Ye Won, pandangan Sohyun malah bertemu dengan wanita baya mengenakan blazer putih panjang yang bersedekap. Tampak anggun meski usianya jauh lebih matang daripada Sohyun yang malah tiba dengan rambut sedikit kacau balau. Hanya dengan menggunakan jari tangannya, wanita Ahn itu lekas mengurai rambutnya. Diakhiri meniup poninya sebagai sentuhan terakhir.
"Anda sudah tiba rupanya, Nyonya Han." Seorang wanita lebih muda—wali kelas Ye Won—menyambut kedatangan Sohyun. Ia juga mempersilakan Sohyun duduk di salah satu bangku yang tampak sudah dipersiapkan di sebelah ibu Jimin.
Namun, belum sempat duduk, Sohyun kembali tersentak sesaat mendengar suara pintu terbuka keras.
"Jimin-ssi?" Mata Sohyun melebar melihat sosok lain yang tiba hari ini. Hari yang pelik. Memangnya hari ini ada pertemuan keluarga hingga semua orang yang terlibat dengan Ye Won harus hadir?
Sama seperti Sohyun, Jimin juga tampak terkejut melihat wanita itu berada di sana. Pertemuan ini bisa dibilang bukan kesengajaan. Jimin hanya spontan menuju ke sekolah Ye Won setelah mendapat kabar dari Hoseok yang mengatakan bahwa ibunya akan menuju sekolah putrinya. Intusisi Jimin sontak mengatakan bahwa kedatangan ibunya hanya untuk membuat persoalan baru. Wajar saja, mengingat Jimin sadar ibunya tertarik pada Ye Won selaku penerus keturunan, tapi tidak pada Sohyun.
"Apa kau yang menghubunginya?"
Alis Sohyun meninggi mendengar sindiran ibu Jimin yang diyakini tertuju untuknya. Tangannya lekas bergerak—menolak.
"Bagaimana kau bisa tahu Ibu ke sini?" Pertanyaan berikutnya beralih pada Jimin yang bukan mendekati sang ibu, melainkan berdiri di samping Sohyun.
Sambil menggenggam tangan Sohyun di depan sang ibu, Jimin menjawab, "Seperti Ibu yang selalu memata-mataiku, aku juga melakukan hal yang sama pada ibu. Setidaknya harus ada yang kupelajari dari ibu, kan?" Bibir atas Jimin menyungging. Dengan terang-terangan sedang mencibir ibunya sendiri.
Air muka ibu Jimin masih terpasang hambar dengan gerik tubunya yang belum berubah—bersedekap. "Ye Won adalah cucuku. Apa sekarang aku harus memerlukan izin dari kalian untuk menemuinya?" Lanjut wanita baya itu berbicara seraya menyilangkan kaki, "Aku berencana akan membawa Ye Won tinggal bersamaku." Ibu Jimin juga mengeluarkan selembar kertas dan menaruh di meja. "Hari ini aku sudah mengajukan gugatan untuk mengambil hak asuh Ye Won darimu," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fanfiction"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...