"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu."
Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya?
Ditambah Jimin tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yoojung-a ...."
Seiring pintu terbuka lebar, dahi Sohyun turut mengernyit. Masih berdiri di ambang pintu, masih wanita yang sama memiringkan kepala sambil memperhatikan Yoojung yang tampak berhati-hati memoles bibirnya.
"Hari ini pergi kencan lagi?" Sohyun memecah hening.
Yoojung mengecap bibirnya beberapa kali sebelum memandang Sohyun. Tidak melupakan wanita yang sepupuan itu mengumbar senyum lebar. "Aku mau bertemu dengan Dokter Lee," sahutnya lalu kembali menatap kaca rias, menata rambutnya yang sengaja dibiarkan tergerai.
Sohyun mendekati Yoojung yang masih intens memandang kaca rias. Lantas memilih duduk di tepi kasur Yoojung. "Dokter Lee, apa itu nama pria yang kaukencani hari ini?"
Entah ucapannya yang memang kurang jelas atau di benak Sohyun cuma memikirkan Yoojung yang kerap berkencan, yang jelas sosok yang ditanya itu bergegas memutar badan dan menatap Sohyun. Alisnya berjungkit. "Dokter Lee, dia dokter pembimbingku saat internship. Apa kau lupa? Kau juga pernah bilang cara dia bercanda sangat buruk," tandas Yoojung menyorot ke arah Sohyun yang ikut berpikir.
"Ah, tentu aku ingat. Dia yang—"
"Benar!" potong Yoojung, "dia juga yang sudah membantumu. Jadi, apa menurutmu apa aku bakal berkencan dengannya?"
Wanita berambut sebahu itu tergelak. Kepalanya menggeleng. "Tentu tidak. Maafkan aku." Sohyun mengatupkan tangan. Masih Sohyun yang berbicara. Dia menjelaskan, "Aku dan Ye Won akan ke bioskop. Jadi, selamat menikmati hari liburmu. Dan sampaikan salamku pada Dokter Lee." Diikuti wanita itu berpamitan dan tak lama kemudian keluar dari kamar Yoojung.
***
"Sudah lama kita tidak nonton begini." Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu berjalan sambil bergandengan tangan dengan putrinya, Ye Won.
"Ibu terlalu sibuk," komen Ye Won singkat, lalu dengan cuek menikmati minuman boba creamy chocolate-nya.
Kalau sudah begini, Sohyun hanya bisa memanyunkan bibir. Di balik sikap dingin putrinya, ada kalanya Sohyun merasa Ye Won berubah jadi lebih dewasa tanpa disadari. Terlebih sejak dirinya memutuskan kembali ke Seoul dan bergabung di perusahaan barunya—Lyn—Ye Won tidak lagi banyak bercerita. Setidaknya tidak sesering kala mereka di New York. Ditambah belakangan ini Sohyun memang disibukkan dengan deadline peluncuran produk perdana, waktu bersama dengan Ye Won pun jadi berkurang. Ada rasa bersalah menggelimangi, tapi di sisi lain dirinya juga merasa beruntung mendapatkan Ye Won yang sama sekali tidak menuntut.