Hening. Tadinya begitu sebelum beberapa saat lalu seorang pelayan datang. Segelas bir dingin dan jus jeruk diletakkan meja mereka."Ah, ini untukku!" Sohyun menarik gelas bir yang hampir diberikan pada Jimin.
Dengan tangan bersedekap, bibir atas Jimin menyungging. Ia takjub melihat wanita Ahn itu bisa-bisanya memesan bir selagi di jam kerja.
"Segarnya!" Sayangnya, yang diperhatikan—Sohyun—tidak peduli. Tanpa menunggu lama, ia menenggak cairan beralkohol dingin itu.
Pandangan Jimin mulai memperhatikan Sohyun yang bertingkah layaknya anak kecil. Mata wanita itu menyipit dengan tulang pipinya yang meninggi. Sekilas, ia terlihat seperti tidak pernah minum bir saja.
"Cih, bisa-bisanya kauminum saat jam kerja," ketus Jimin diikuti air mukanya yang tergambar jengkel.
"Setidaknya yang kulakukan lebih baik ketimbang menarik tangan wanita lain padahal dia sudah beristri. Bilangnya mau bicara, tapi sampai sekarang masih tidak membahas apa pun." Sohyun membalas dan seketika berhasil membungkam mulut Jimin.
"Kau menyindirku?"
"Kau merasa tersindir?" balas Sohyun dingin.
"Yak!"
"Yak!" Sohyun terdengar membeo.
"Kau menyebalkan!" cetus Jimin tak lagi menahan diri.
"Kau yang menarikku ke sini! Percayalah, kau dua kali lipat lebih menyebalkan!" Sohyun kembali menenggak bir dinginnya.
Gigi Jimin gemeretak. Tadinya ia ingin kembali membalas, tapi urung setelah sadar dia dan wanita yang terlihat cuek itu menjadi tontonan beberapa pengunjung. Tangan Jimin mengepal diikuti rahangnya yang mengeras.
"Ternyata sia-sia saja aku khawatir," lirih Jimin memalingkan wajah.
Alis Sohyun berjungkit. "Barusan kaubilang apa? Khawatir? Kau mengkhawtirkanku?" Telunjuknya mengarah ke diri sendiri.
Giliran Jimin menenggak jus jeruknya tak sabaran. Dadanya terasa panas, sama seperti kepalanya. "Sudahlah. Ayo, kita pulang!" Menaruh gelas kosongnya, Jimin pun berdiri. Menurutnya mustahil bicara saat ini.
Kendati begitu, belum ada dua kali melangkah, pergerakannya tertahan. Jimin menatap tangan kirinya. Kejutan. Ternyata kali ini bukan dia yang mencekal, melainkan Sohyun.
"Katakan dengan jelas, kenapa kau membawaku ke sini, Tuan Han."
***
"Dokter Lee!"
Yoojung melambaikan tangan, menyambut kedatangan pria bersosok tubuh agak gempal yang berjalan ke arahnya. Sebenarnya Yoojung cemas karena saat ia menelepon pria itu untuk bertemu, dari suaranya terdengar enggan. Apalagi setelah tahu Yoojung meminta pertolongannya untuk mencari tahu tentang pendonor sperma 7 tahun lalu. Mendengar Dokter Lee bersikeras tidak akan memberitahu hal yang bersifat rahasia, Yoojung sempat pesimis kalau pria itu juga akan menuruti permintaan untuk bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fiksi Penggemar"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...