"Mungkin dia tidak datang. Dia 'kan sangat sibuk."Mata Sohyun mendelik tajam ke arah Yoojung yang dengan santai menaikkan kacamata oval cokelatnya ke kepala. Sangat merusak suasana. Jangankan menghibur, perkataan frontal Yoojung lebih terkesan menjatuhkan harapan. Pandangan Sohyun beralih pada Ye Won. Putri kecilnya itu bergeming dengan sorot mata yang tidak secerah kepergiaan mereka pagi tadi.
Sementara itu, Ye Won yang menangkap jelas perkataan sang bibi, rasanya ingin sekali menyangkal. Namun, ada bagian dirinya yang turut membenarkan alasan Yoojung karena menyelisik beberapa hari belakangan ini ia dan sang ayah jarang bertemu karena kesibukan Jimin. Mengingat itu semua, kontan gadis kecil itu mulai menunduk.
Jujur saja, tadinya Ye Won mengira hari ini akan menjadi momen spesial. Jauh sebelumnya, ia sudah menandai tanggal hari ini dengan spidol merah dilengkapi dengan stiker berbentuk hati merah muda. Tak hanya itu, Ye Won juga merengek pada ibunya demi dibelikan baju olahraga baru yang ingin diperlihatkan pada Jimin. Pilihannya jatuh pada satu set baju olahraga pink yang dipikirnya selaras dengan kunciran rambut tinggi. Layaknya sekarang. Bahkan untuk sekelas Ye Won yang acap kali dinilai dewasa, juga memiliki keinginan kecil untuk dipuji ayahnya—terlepas sebenarnya Ye Won tidak memiliki bakat berolahraga. Persis Jimin.
Namun, sepertinya semua sia-sia. Walau sejak ketibaannya di sekolah Ye Won terus mendapat pujian dari teman-teman sekelasnya—mengatakan dia cantik—nyatanya orang yang paling ditunggu untuk memujinya tidak kunjung datang. Atau memang sejak awal sang ayah tidak menganggap acara ini penting.
"Kau masih belum bisa menghubunginya?" Yoojung yang mendekati Sohyun berbicara dengan setengah berbisik.
Sohyun lekas menggeleng menjawab pertanyaan Yoojung. Setelah itu, wanita matang tersebut kembali memandangi Ye Won yang berdiri dengan ekspresi yang sama. Dalam hati, Sohyun mengutuki Jimin. Seharusnya pria Han itu tidak perlu berjanji atau membahas tentang ikut perlombaan bila nyatanya dia sibuk.
"Ahn Ye Won! Ye Won-ah!"
Seorang gadis berambut sebahu tergerai berseru sembari berlari gembira ke arah Ye Won. Dilihat dari posturnya yang setinggi Ye Won dan cara gadis kecil itu memanggil akrab putrinya, Sohyun menebak sepertinya mereka berdua adalah teman sekelas.
"Ada apa?" tanya Ye Won pada gadis kecil yang akhirnya berhasil mendekat.
Gadis kecil itu tersenyum lebar sambil menunjukkan segelas minuman soda dengan tempelan gambar Ye Won. "Terima kasih untuk minumannya. Ini enak!" bilangnya dengan wajah berbinar.
Ye Won sontak menoleh ke Sohyun. Dahinya mengernyit, menunggu ibunya menjelaskan tentang yang sedang terjadi.
Sohyun sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan yang terpasang jelas di wajah sang putri. Dan kejadian ganjil tersebut tidak hanya berhenti sampai di sana. Selang beberapa menit kemudian, menyusul beberapa teman Ye Won yang mengatakan hal serupa. Tidak hanya teman sekelasnya, bahkan dari mereka ada yang tidak dikenali Ye Won.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
أدب الهواة"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...