Sepertinya hari ini bukan hanya Sohyun yang kelelahan. Wanita dewasa itu tersenyum sambil menarik selimut putrinya yang sudah lelap tertidur. Padahal dongeng yang ia bacakan belum selesai, tersisa beberapa lembar lagi, tetapi lihatlah ... Ye Won jauh terlihat capek.
Sohyun mengusap pipi putrinya sambil mengingat kejadian yang mesti ia lewati hari ini. Han Jimin ... nama itu mengusiknya, dalam artian benar-benar mengganggu. Lebih dari sekadar tetangga menyebalkan.
Ini benar-benar membuat Sohyun sakit kepala. Kondisinya bertolak belakang dengan gadis kecilnya. Bila kini Ye Won terlelap, maka tidak dengan Sohyun. Matanya masih terjaga. Sama sekali belum mengantuk, walau hati dan pikirannya lelah.
Sembari menyeka wajahnya yang lelah, Sohyun terus membayangkan reaksi Ye Won seandainya Han Jimin benar adalah pendonor baginya. Dengan kata lain, Jimin adalah ayah biologis putrinya.
Usai mematikan lampu, Sohyun pun keluar kamar. Perhatiannya teralihkan pada jam dinding di ruang tamu, ternyata sudah pukul sembilan malam. Sohyun juga memperhatikan kamar Yoojung. Agaknya bukan hanya dirinya yang kesulitan tidur, tapi Yoojung juga. Sohyun bisa menyimpulkan demikian karena lampu kamar sepupunya itu masih menyala. Seperti Ye Won yang lebih nyaman tidur tanpa lampu yang menyala, Yoojung juga memiliki kebiasaan tersebut.
Sohyun mengambil mantel yang tergantung di depan pintu masuk, lalu keluar. Pikirnya, mungkin dengan berjalan sebentar ia akan lekas lelah. Bagaimanapun ia butuh istirahat agar pikirannya membaik. Selain masalah pribadinya, Sohyun juga memiliki tuntutan di dunia profesionalitasnya. Dia tidak boleh terus begini; berkutat dengan pikiran carut marut dengan ujung cerita yang belum pasti.
Tidak butuh waktu lama, Sohyun pun tiba di lantai dasar.
"K-k-kau?!" Mata Sohyun membola sesaat pintu lift terbuka.
Cobaan apa lagi ini! Kenapa dia masih harus bertemu dengan Jimin? Sudah cukup pria itu menyebabkan harinya berjalan buruk. Lantas, adanya pertemuan tidak disengaja seperti ini (lagi) sama sekali tidak membantu.
Seperti Sohyun yang terkejut, pria yang masih mengenakan pakaian kerjanya dan berdiri di pintu masuk lift itu juga menampakkan ekspresi yang sama.
"Kau mau pergi, Nona Ahn?"
Sohyun memaksakan dirinya tersenyum dan mengangguk. Detik berikutnya ia bergegas melewati Jimin.
"Tunggu dulu!"
Sohyun menoleh ke belakang dengan dahi berkerut. Pandangannya beralih turun ke arah tangannya yang dicekal Jimin.
"Bisakah kita bicara sebentar?"
Alis Sohyun meninggi. Harusnya dia bisa langsung menolak. Harusnya dia tahu sebaiknya saat ini menjaga jarak dengan Jimin. Namun, entah kenapa hatinya tidak sepakat. Apa mungkin karena Sohyun berpikir malam ini dia masih akan mendapatkan kejutan lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fanfiction"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...