"Apa ini konstipasi?"
Ucapan yang lugu, kontan membuat Sohyun terbahak. Termasuk juga pria yang datang lebih dulu, dia ikut tersenyum.
"Mungkin maksudnya konspirasi," ralat Jimin si empunya cekungan manis di pipinya saat tersenyum.
Bila orang dewasa terlihat senang menertawainya, maka berbeda dengan yang dirasakan si gadis kecil yang baru dikoreksi itu. Ye Won lantas mengerucutkan bibirnya dan memalingkan wajah. Terutama dari Jimin.
Sohyun berjongkok demi menyamai tingginya dengan sang putri. Ia mengusap kepala Ye Won beberapa kali, baru berkata, "Bukankah kau bilang ingin bermain? Ibu hanya kebetulan bertemu Paman Han di sini. Katanya dia sedang memeriksa lokasi taman bermain untuk dijadikan lokasi pemotretan. Bukan begitu, Tuan Han?"
Pupil Jimin melebar tatkala Sohyun menengadah, menatap tegas ke arahnya yang belum siap bersandiwara. Dan tidak lama kemudian Ye Won juga melakukan hal yang sama. Ia menunggu jawaban pria yang hari ini keluar tanpa mengenakan jas formal. Hanya kemeja biru dengan lengan yang digulung hingga batas siku dipadupadankan dengan jeans bernada lebih gelap dari atasannya.
"Betul. Hanya kebetulan." Jimin tersenyum canggung.
Ada apa dengan dirinya? Jimin berdebar-debar layaknya remaja putri yang baru disapa idolanya. Tidak pernah ia sekikuk ini cuma karena berhadapan dengan orang lain. Ditambah lagi keduanya tidak bisa disamakan ibarat orang asing, melainkan yang ia hadapi tak lain tetangganya.
Ah, bukankah sekarang sudah naik level? Dari status tetangga menjadi wanita yang melahirkan putrinya. Sementara yang bertubuh kecil dan masih menyorot tajam padanya itu adalah darah dagingnya sendiri. Jadi, seharusnya tidak ada alasan untuknya untuk bersikap kaku.
Ye Won menarik tali tasnya. Wajahnya masih cemberut. Perasaannya bercampur aduk. Sebagian merasa senang, tapi begitu melihat Jimin, Ye Won juga masih menyimpan kesal.
"Kalau begitu, Ibu akan membelikan es krim untukmu. Ye Won tunggu Ibu sebentar dan Paman Han akan menemanimu selama Ibu pergi."
"Tapi, Bu ...."
Sohyun bergegas pergi tanpa mendengarkan Ye Won yang berusaha mencegahnya. Lagi pula ini termasuk caranya membalas kebaikan Jimin. Ya, pertemuan ini adalah permintaan pria Han itu, meski tidak sepenuhnya Sohyun sepakat dengan ide ini. Sebagai ibu, dia takut Ye Won akan terluka—lagi.
"Permintaan yang tulus?" ulang Sohyun sewaktu dia mengucapkan terima kasih pada Jimin, sebelum keduanya hendak bekerja. Kejadian dua hari lalu.
Senyum Jimin yang tercetak miring waktu itu sempat membuat kuduk Sohyun meremang. Firasatnya mengatakan permintaan Jimin bakal aneh. Mungkin tidak akan sesimpel makan siang atau makan malam.
"Aku ingin bertemu dengan Ye Won."
Dan jawaban Jimin seakan membenarkan asumsi Sohyun. Setelah kejadian di taman waktu itu, ada perasaan ragu yang membuatnya susah untuk lekas mengiakan permintaan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Фанфик"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...