Seeds of believe

423 93 29
                                    

"Jujurlah, apa tidak apa-apa kau terus bersamanya meski tidak punya anak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jujurlah, apa tidak apa-apa kau terus bersamanya meski tidak punya anak?"

Tidak ada suara yang langsung menimpali. Hening sesaat. Sebelum beberapa saat kemudian suara tidak terlalu berat itu menjawab, "Aku ... aku ... aku ingin memiliki anak."

Dan itu jelas suara Minhyun. Perkataan yang sampai detik ini diingat Sohyun. Sembilu yang mengantarkan keputusannya untuk berpisah tanpa pernah mendengar penjelasan Minhyun. Hatinya kala itu terluka amat dengan ruang kosong yang bertahan cukup lama.

Waktu itu Sohyun mengira dialah yang paling terluka. Namun, nyatanya dia salah.

"Aku ingin memiliki anak bersama Sohyun," lanjut suara Minhyun bergetar, "aku mencintainya bukan karena dia memberi keturunan atau tidak, melainkan karena aku ingin selalu bersamanya."

"Ibumu tidak akan menyetujui idemu ini, Oppa." Gantian kali ini terdengar suara Nayeon yang terkesan ngotot mengubah pendirian Minhyun yang kala itu masih berstatus suami wanita lain.

"Ini tentang hidupku, Nayeon, bukan tentang ibuku. Dan kebahagiaanku adalah melihat Sohyun terus tersenyum. Tapi, belakangan hari ini aku terus melihatnya menangis. Aku sungguh tidak berguna."

Sohyun mematikan rekaman yang beberapa hari lalu diberikan Nayeon padanya. Wanita Ahn itu menutup matanya dan kembali berjalan menyusuri pasir putih sambil menenteng kedua sepatunya yang dilepaskan. Bersamaan semilir angin hangat yang menemani langkahnya, Sohyun merasa bebannya sedikit mencair.

"Ibu!"

Garis senyumnya meninggi melihat Ye Won berlari ke arahnya. Disusul Han Jimin berjalan santai di belakang Ye Won. Pria Han itu agak berubah setelah kejadian di mobil kala itu. Sohyun sendiri tidak akan menyalahkannya.

"Apa kau sudah puas bermainnya?" tanya Sohyun berjongkok di depan Ye Won.

Gadis kecil itu tergelak sambil sesekali merapikan rambut panjangnya yang diterbangkan angin. "Bolehkah kita pulang sebentar lagi? Aku masih ingin bermain."

Jawab Sohyun sembari mengangguk, "Tentu saja. Kau ingin ibu menemanimu?"

"Tidak perlu, Bu." Ye Won menoleh ke belakang. Ada Jimin yang tiba lebih lambat. Pria yang mengenakan kacamata cokelat itu menatap Ye Won dengan alisnya yang meninggi sebelah. Ye Won beralih menatap Sohyun, lalu berbisik, "Sebaiknya Ibu menemani Ayah karena mood-nya sedang buruk."

Sohyun memandangi Jimin yang menaruh tangannya di saku celana seraya memalingkan wajah. Kentara sekali sedang menghindari Sohyun.

Belum mendengar jawaban dari sang ibu, Ye Won lekas pergi begitu saja. Tersisa Sohyun dan Jimin yang berhadapan dengan kikuk.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang