"Ini!"Sebelah alis Jimin berjungkit seiring menatap wajah wanita yang memberikan ia sebotol minuman dingin.
"Tumben baik. Apa ada racunnya atau malah obat pencahar?"
Sulit dipercaya. Sohyun memalingkan wajahnya yang jengkel. Sebelum detik berikutnya ia balik berpaling, mengarah pada Jimin. "Bukan racun, tapi aku meludahinya! Puas?"
Wanita yang bar-bar. Jimin menegak salivanya. Padahal tadi ia niat bercanda saja. Namun, reaksi yang diharapkan dari wanita itu kontras dengan yang ia bayangkan. Apa dia memang tidak begitu pandai bercanda? Atau memang wanita itu yang aslinya tidak peka?
Sohyun duduk kesal di sebelah Jimin. Kemudian ia memandang ke arah Ye Won yang terlihat senang bermain dengan Merry Go Round. Tangan kecil Ye Won terus melambai setiap kedua beradu pandang . Sudah lama Sohyun tidak melihat Ye Won sesenang ini.
"Terima kasih."
Jimin menoleh. Dahinya mengernyit, lalu bilang, "Sepertinya hari ini kau mengucapkan terima kasih lebih dari sekali. Apa kau pikir kata terima kasih itu sama seperti minum obat?"
Sohyun mendengkus sambil menyugar rambut tanggungnya dengan kasar. Tenaganya terus terbuang sia-sia setiap berhadapan dengan Jimin. Pria itu pasti jarang mengucapkan kata terima kasih hingga berpikiran sedangkal ini. Bagaimana bisa Jimin menyamakan sebuah etika dasar dengan aturan minum obat?
Ibu ... tidak bisakah kau menyukai ayah?
Sohyun tersentak. Pertanyaan Ye Won kembali mengusiknya.
"Ye Won-ah, apa kau mengerti permintaanmu barusan?" Begitu Sohyun menjawabnya saat putrinya bertanya. Mana mungkin dia boleh menyukai Jimin. Pria itu memiliki istri.
Yang ditanya—Ye Won—lantas mengangguk yakin. "Selama ini Ibu dan ayah selalu bertengkar setiap bertemu. Tidak bisakah kalian lebih akur? Bagaimanapun ayah adalah tetangga dan orang yang membayar kontrakku, kan?"
Sohyun terdiam. Namun, selang beberapa detik ia mengikik, lalu mengusap kepala putrinya dengan gemas. Ternyata arti suka yang dimaksud Ye Won tidak seperti yang ia bayangkan.
"Baiklah. Ibu rasa kalau cuma sekadar akur, Ibu bisa mengusahakan itu. Ya, memang sedikit sulit, tapi demi putri Ibu. Dan satu hal lagi ... kau benar. Dia itu adalah orang yang sudah memberi Ibu uang yang banyak." Ye Won dan Sohyun terbahak.
Akan tetapi, balik ke detik sekarang, Sohyun menggeleng. Ia menyesal. Tak seharusnya membuat janji yang nyatanya memang sulit. Akur dengan Jimin itu lebih sulit daripada disuruh menjinakkan singa.
"Tenagaku sudah habis untuk berdebat," kata Sohyun yang kemudian menghela napas panjang. "Tapi, kenapa tiba-tiba mengajak Ye Won ke taman bermain? Padahal untuk pemilik perusahaan yang kaku dan dingin sepertimu, kukira kau akan bosan ke sini," lanjut Sohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Fanfiction"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu." Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya? Ditambah Jimin tidak...