"Hai, Ayah. Akhirnya kita bertemu."
Dunia Jimin yang tenang seketika porak-poranda sesaat seorang gadis kecil mendatangi dan mengaku sebagai putrinya. Memangnya sejak kapan dia menghamili wanita Ahn yang bahkan tidak dikenalnya?
Ditambah Jimin tidak...
Don't forget to leaves your traces; either it is vote Or comment 😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ye Won tidak akan pernah jadi model di sini!" tukas Sohyun tanpa basa-basi.
Tentu saja. Jimin sendiri sudah menebak bahwa bagian tersulit dari merekrut Ye Won bukan karena sang model yang masih belia. Melainkan ibunya, sebagai tantangannya. Perancang Ahn-lah si pembawa masalah, sosok yang secara fisik terlihat dewasa, tetapi sangat kekanakan.
"Apa bayarannya masih kurang? Aku bisa memberikan lebih kalau kau mau!"
Sohyun kontan mendengkus. Sombong sekali, gerutunya dalam hati. Materi mungkin memang penting, tapi dengan siapa sosok putrinya bekerja, itu jauh lebih penting. Ditambah setelah tahu Perusahaan Han agaknya menyabotase rencananya untuk lauching produk dua minggu lagi, menambah alasan Sohyun untuk tidak menerima kerjasama ini.
"Apa ini ide brilian yang bisa dilakukan Perusahaan Han? Setelah tiba-tiba membeli bahan kain yang akan kugunakan pada peluncuran produk, sekarang kalian akan menggunakan putriku untuk mendapatkan perhatian? Bukan begitu? Apa tebakanku salah?"
Jimin tersenyum, meski dalam hati menggerutu. Untuk hal pertama yang dikatakan si wanita Ahn itu, Jimin sama sekali tidak paham. Namun, tebakan mengenai Ye Won, kenapa gampang sekali diketahui?
"Kau berlebihan, Perancang Ahn. Atau sebenarnya kaulah yang tidak begitu yakin dengan kemampuanmu sendiri makanya terus berasumsi negatif pada perusahaan ini?"
Gantian. Kali ini Sohyun yang berusaha bersikap tenang, walau dalam hati ia mencak-mencak. Mengumpat pria tampan di depannya yang terbilang sok. Sok tahu, sok pintar!
"Permisi ...."
Selagi keduanya saling menatap intens, Hoseok terpaksa menyela pembicaraan keduanya. Pria berkacamata itu membawa selembar kertas yang diberikan pada Jimin, sebelum akhirnya ia kembali berpamitan.
Sohyun mulai penasaran kenapa raut muka pria di depannya itu berubah. Bibir atasnya menyungging, matanya berkerut dan dia tampak berdesis juga. Wajah sombongnya terlihat meningkat dua kali lipat menyebalkan.
"Sepertinya tidak perlu meneruskan pembicaraan kita lebih lanjut. Ye Won akan mulai melakukan pemotretan minggu depan."
Ganteng-ganteng mabuk! Atau lucu tapi pendengaran kurang? Begitu yang dipikirkan Sohyun. Bukankah sudah jelas dari tadi dia menolak kerjasama ini. Tidak ada satu kata yang terlontar bahwa dia menyetujui kesepakatan absurd ini.