Re-frain 28 | Speechless

13 2 0
                                    

Welcome back!”

Helene tersentak. Baru selangkah memasuki ruang kelas, sudah mendapat sambutan panas dari Vega. Dahinya mengernyit. “Apaan nih?”

“Lo gue sambut.”

“Gue masuk sekolah lagi bukan baru keluar dari penjara, alay banget.”

Helene memilih untuk berjalan ke bangkunya. Ruang kelas ini sudah hampir penuh oleh siswa, pasalnya beberapa menit yang akan datang bel masuk sudah berbunyi.

“Serah lo aja lah,” ucap Vega menyusul Helene ke bangkunya.

Cewek yang baru saja datang itu meletakkan tasnya ke atas meja, pandangannya jatuh pada seorang cowok yang duduk di sampingnya. Merasa aneh karena biasanya cowok itu baru masuk kelas kalau guru sudah masuk.

“Sekarang udah nggak dateng subuh?” Sahut Riski dari samping kanan tempat duduk Leo. Bahkan cowok yang nampak sibuk dengan layar landscape di tangannya itu tidak mengeluarkan opini sama sekali sejak kedatangan seatmate-nya. Meskipun Helene sempat meliriknya lewat ekor mata.

“Lo liat dong!”

Helene menggerak-gerakkan kaki kirinya yang sudah berwujud sama dengan kaki kanannya. Memakai sepatu dan bukan lagi perban atau sepatu boot untuk patah tulang. Yang lebih membuat perbedaan adalah tongkat yang biasa dikenakannya sekarang sudah tidak dipakai lagi. Helene kembali menjalani kehidupan normalnya.

“Songong lu! Baru sembuh juga, gue jegal ilang tuh kaki.” Helene hanya menyebikkan bibirnya menanggapi ucapan Candra. Seolah menantang Candra yang tentunya tidak akan merealisasikan perkataannya.

***

Hidupnya sudah pulih seperti sedia kala. Lebih tepatnya sebelum ada Virgo dalam otaknya. Helene kembali melakukan semuanya yang dilakukan ketika hatinya tidak merasa dilukai. Meskipun kenyataannya Virgo telah menggoreskan pedang yang tajam itu padanya.

Bersusah payah Helene melupakan itu, membuang semuanya yang berhubungan dengan manusia pendusta itu. Cara yang paling ampuh sebenarnya berdebat dengan Leo. Dengan cowok itu Helene merasakan kalau dunianya ditarik oleh magnet memasuki dunia lain. Dunia yang hanya akan membuatnya jengkel, sejengkel-jengkelnya. Leo sangat hobi membuat kesal hatinya.

“Hari ini lesnya di mana?”

“Apart gue.”

Helene menatap cowok berjaket hijau army itu dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Otaknya seakan menerawang sesuatu yang entah apa itu, dia tidak tahu. Leo sudah tidak ada di sampingnya. Baru saja keluar hingga meninggalkannya di kelas dengan segelintir siswa yang masih ada.

Helene tergesa-gesa memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya. Menyusul Leo yang kemungkinan besar masih berjalan di koridor.

“Kenapa nggak di rumah gue lagi aja?” tanyanya sambil menyamakan langkah besar Leo.

“Gue males pulang.”

“Nggak niat emang,” gumamnya memilih berjalan di belakang punggung cowok bertas hitam itu.

Mereka sudah sampai di area parkir SMA Buana. Seperti kebiasaan, Helene akan ikut Leo pulang. Berhubung tujuan mereka sama, untuk ke apartemen Leo. Helene akan pulang dengan Leo menaiki motor besar merah milik cowok itu.

“Leo!”

Ketika Leo hendak menghampiri motornya, tiba-tiba suara seorang wanita menghentikan keduanya. Helene melontarkan tanyanya lewat tatapan kepada cowok yang berdiri tidak jauh darinya. Leo hanya menatapnya tanpa menyisipkan jawaban untuk pertanyaannya.

“Leo, Mama mau bicara sebentar.”

Helene seolah masuk ke dalam sebuah drama hidup yang nyata. Dari sepasang matanya, wanita muda yang memanggil dirinya ‘Mama’ itu meraih kedua tangan Leo. Memohon dengan penuh harap lewat tatapan mata sayunya.

“Kamu tinggal sama Mama ya?”

“Biar Mama bisa urus kamu lagi.”

Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Tidak adakah yang ingin memberitahunya?

Helene masih mematung di tempatnya. Seperti penonton setia yang enggan beralih dari drama tersebut. Helene juga tidak sedikitpun memalingkan pandangan matanya. Di sini tidak seorang pun selainnya. Tempat ini terlalu sepi untuk jam pulang.

***

“Maaf saya tidak ada waktu, saya sibuk.”

“Mama tahu Mama salah, Nak, tapi izinkan Mama menebus kesalahan itu.”

Leo melihat sekilas kedua mata yang terlihat berlinang-linang. Tidak seharusnya dia melihat itu. Leo segera mengalirkan matanya ke arah lain.

“Izinkan Mama membuka pintu hati kamu lagi, Mama juga janji nggak akan mengulang kesalahan yang sama. Kamu mau kan tinggal sama Mama?”

Sudah berapa kalinya Leo menolak namun, tidak ada yang merubah hati wanita ini untuk terus mendatanginya. Bahkan hingga nekat datang ke sekolah. Tempat yang seharusnya tidak ada yang mengetahui privasinya.

“Sudah selama ini Mama memberi waktu ke kamu untuk mengambil keputusan, Mama harap apa yang kamu ambil sudah merupakan keputusan yang paling tepat.”

Leo sama sekali tidak ingin menjawab. Jawabannya masih sama seperti terakhir kalinya ditanyakan hal yang sama. Leo harap wanita ini masih ingat betul akan itu.

“Kamu pacarnya Leo?”

Leo hanya menatap Helene yang memasang wajah bingung. Cewek itu terkejut mendapat pertanyaan yang tiba-tiba. Lihat saja wajahnya, Leo sangat ingin melemparinya dengan sepatu. Itu terlihat bodoh sekali.

Wanita itu tersenyum untuk Helene. Menangkup sisi wajah anak gadis di hadapannya. “Kamu cantik, Leo memang pintar cari pacar secantik kamu.”

Helene mengedipkan matanya berkali-kali, seolah baru tersadar karena usapan lembut seorang ibu. “Saya—“

Tubuhnya seketika mematung hingga kata yang ingin diucapkannya mendadak buyar. Sesekali Leo melihat jika Helene menatapnya. “Kamu tolong jaga Leo ya.” Ucapnya sambil menyapu punggung gadis itu.

Perlahan, Helene pun membalas pelukan singkat itu. Dia tidak menjawab apa-apa. Bahkan pandangan matanya hanya menatap wanita yang sama sekali tidak dia ketahui siapa.

“Naik!”

Helene sempat merasakan sebuah usapan pada kepalanya. Tubuhnya berdesir setelah tangan wanita itu beranjak. Tidak disangka jika wanita itu sudah tidak ada di hadapannya. Menyisakan Leo yang sudah duduk di atas motornya.

Helene terkesiap setelah Leo membunyikan klaksonnya. Cewek itu segera berbalik. Menatap kesal Leo yang sangat tidak sabar itu. “Iya!”

Helene menghentakkan kakinya ke tanah, menggerutu dalam hati kepada Leo. Untung jantung gue nggak jatuh. Kalo iya, mau tanggung jawab apa?!

***

Malam, guys! Selamat hari Jumat🤍
Ada yang sudah rindu kelanjutannya? Semoga part ini bisa jadi obat, ya.
Selamat membaca🥰

26 Maret 2021

Re-frain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang