“Kamu pacarnya Leo kan?” Helene yang baru keluar dari lift, langsung dikejutkan dengan kemunculan seorang wanita yang tiba-tiba menahan lengannya. Dia tidak dapat berkelit dengan pertanyaan yang datang.Helene tidak mengatakan apapun sebagai jawaban. Bahkan anggukan atau gelengan yang bisa menjadi jawaban lain selain kata tidak dia utarakan. “Bisa Tante bicara sebentar?”
“Sebenernya saya—“
“Tante tau, Leo emang kadang suka susah dibilangin, tapi Leo itu baik.”
Belum juga Helene menuntaskan kalimatnya, wanita yang diketahui Helene bernama Bunga—dari balik foto yang dilihatnya sebelum dirampas oleh Leo saat itu—sudah memotong ucapannya. Dia mengajak Helene untuk berbicara lebih serius di tempat lain.
“Dia anaknya mandiri,” Bunga tersenyum tipis, “Dia juga nggak suka kalau urusannya dicampuri orang lain.”
Helene tahu, bagaimana perasaan yang kini tengah dirasakan oleh Mamanya Leo. Perasaan kecewa bercampur gelisah semuanya diaduk dalam satu waktu. Leo pasti masih menolak ajakan Mamanya lagi.
Helene menghela napas berat. “Leo itu sayang sama Tante, tapi Leo bingung caranya mengungkapkan itu semua bagaimana. Dia terlalu terpaku dengan masa lalu hingga sulit mengikhlaskan. Maaf kalau saya jadi ikut campur masalah pribadi keluarga Tante, tapi menurut saya, biarkan Leo yang memilih jalan hidupnya.”
“Terima kasih.”
Entahlah, kata-katanya terlalu rancu untuk dipahami sekilas. Helene hanya berharap kalau Bunga sedikit lebih tenang akibat pemaparannya. Semua yang dikatakannya berasal dari apa yang didengarnya dari cerita Leo. Perasaan tersirat yang dapat dirasakan Helene terhadap Leo.
“Mama, ayo...!”
Seorang anak berumur lima tahun secara tiba-tiba muncul dan langsung memeluk wanita yang dipanggilnya “Mama”. Merengek selayaknya anak kecil yang merasa bosan dengan situasi. Helene juga sering merasakan itu ketika ikut Mamanya ke tempat arisan waktu umurnya masih sekecil gadis itu.
Helene tersenyum simpul. “Ini adiknya Leo, Tante?” tanyanya pada Bunga.
“Iya, dia sering nanyain kalo Tante habis ketemu Leo.” Helene melihat sebuah garis kesamaan dari wajah adik perempuan Leo. Bagaimanapun juga anak kecil berusia lima tahunan itu berasal dari Ibu yang sama dengan Leo, ya walaupun berasal dari ayah yang berbeda. Tapi itu tidak membedakan setidaknya orang yang melihatnya sekali saja langsung bisa menerka kalau Leo dan anak kecil itu memiliki satu ikatan darah yang sama.
Helene jadi gemas sendiri dengan anak kecil yang satu ini. Anaknya sangat menggemaskan. Pipinya yang tembam membuatnya semakin terlihat lucu. Senyum dari gigi gingsul yang terlihat manis.
“Kakak kalau ketemu sama Kak Leo bilang ya, Lisa pengen bisa ketemu sama Kak Leo.”
Lagi-lagi Helene tersenyum membalas senyuman gadis kecil di hadapannya. Helene mengusap pipi chubby Lisa. Lalu merapikan poni di dahi kecil anak itu yang sedikit terbawa ke samping karena angin. “Iya, sayang.”
“Tante berharap penuh sama kamu.”
***
“Saya akan bantu Tante.”
Kalimat itu yang terus terngiang di gendang telinganya. Sampai larut malam Helene tidak bisa memejamkan matanya hanya karena satu kalimatnya tadi saat pulang dari apartemen Leo.
“Apa salah ya, gue bilang gitu ke Nyokapnya Leo?”
Tangannya memijat pangkal hidungnya. Merasa sangat penat dengan otak yang hanya berputar pada satu pertanyaan yang terus terngiang. “Salah nggak, sih?”
“Salah kali, ya?”
Ponselnya bergetar. Di tengah lamunannya, sebuah pesan baru masuk semalam ini. Helene meraba atas nakas samping tempat tidurnya. Mengambil ponselnya untuk melihat siapa orang yang baru saja mengirim pesan kepadanya semalam ini. Ini sudah pukul setengah dua belas malam. Sudah bukan waktu yang wajar untuk seseorang masih terjaga.
Sekali lagi lo ketemu sama Leo, gue nggak akan tinggal diam.
Helene mematikan ponselnya tanpa berniat ingin membalas pesan asing dari seseorang tersebut. Kepalanya sudah pusing karena satu masalah dan sekarang harus ditambah lagi pesan misterius aneh yang tiba-tiba sampai kepadanya.
“Ini apaan, sih orang? Nambahin kepala makin pusing aja.”
***
Halo, gengs!
Mungkin ada beberapa (kalo nggak salah, bisa jadi banyak) part yang hanya beberapa ratus kata aja. Nggak tau juga pas nulis dulu nggak terlalu buat target minimal sekian kata. Jadi, nikmatin aja seadanya.
Selamat membaca💙18 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-frain ✓
Teen FictionTidak ada pendeskripsian panjang. Yang perlu kalian tahu adalah 'bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan ego bagi sebagian orang'. re-frain ©2020 - Ylenia DeLorean End: 25 Juli 2021