Melihat cowok yang sudah ingin berdiri, itu membuat Helene mempercepat kegiatannya. Memasukkan asal buku-bukunya ke dalam tas tanpa ditata. Sudah tidak peduli lagi kalau nanti akan ada buku yang terlipat atau kusut ketika dibukanya di rumah.
"Heh, lo jangan pulang dulu!" Pekiknya. Namun cowok itu malah melanjutkan langkahnya.
"Cieeee..., mau ngapain emang, Len?" Gurau Vega padanya.
Helene sempat berhenti sebentar hanya karena Vega berbicara. Lalu membalas ucapannya dengan nada ketus. "Apa sih lo? Gak jelas amat."
Helene langsung berlari keluar. "Bilang aja mau minta dianterin pulang sama Leo?!"
Samar-samar suara Vega yang meneriakinya masih terdengar dari koridor. Helene mengabaikannya, memilih untuk menyusul Leo yang sudah berjalan terlebih dulu. "Idih, ogah," gumamnya.
Cowok itu sudah tidak terlihat di koridor, Nih, orang ngilang apa gimana? Batinnya. Helene tahu, pasti sekarang cowok itu masih di area parkir. Dengan segera, cewek itu berlari ke area parkir yang letaknya lumayan jauh.
"Leo!"
Napasnya sedikit terengah. "Lo budeg apa pura-pura nggak denger?"
Cowok itu masih mengabaikannya. "Leo!"
Yap, Leo sekarang melihatnya. "Lo ngomong sama gue?" tanyanya dingin.
Anjir, emang sama siapa lagi coba?! Di sini kan cuma ada lo, makinya dalam hati.
Helene menarik napas dalam kemudian mengelus dadanya, berusaha mengikuti kata hatinya. Sabar, Len. Ngomong baik-baik, ini cuma ujian, katanya.
"Iya."
"Ngomong dong!"
Bisa-bisanya cowok ini dengan entengnya menyuruhnya untuk bicara, tidak kah sedari tadi dia mendengar ucapan Helene? Atau memang sengaja memancing emosi Helene?
"Ini mau ngomong!" Pekik cewek yang merupakan seatmate-nya sejak setahun yang lalu ini.
"Satu menit."
Helene hanya melotot tajam, lalu dengan cepat dia mulai membuka suara. "Gimana soal acara yang kemarin diomongin?" tanyanya tanpa ada nada kesal atau yang lainnya.
Leo hanya menaikkan alisnya. Bibirnya masih tertutup rapat, seolah menilai kalau pembicaraan ini sangat tidak bermanfaat baginya. "Lo urus aja sendiri, gue nggak tau."
"Lo mau kemana?! Heh, gue belum selesai juga!" Cewek di hadapannya itu meneriakinya untuk ke sekian kalinya. Apa cewek ini sudah lupa cara berbicara dengan lawannya yang baik dan benar? Pikirnya.
Leo malah menaiki motornya, mendorong standar samping pada motornya yang masih bertumpu pada tanah itu untuk naik. Tangannya lalu mengambil helm dan mengenakannya langsung. "Waktu lo habis."
Helene hanya menatap nanar seorang yang mengendarai motor merah itu meninggalkannya yang masih menggerutu kesal. "Satu menit buat napas doang, Pe'a!"
"Itu tadi masih ada tiga puluh detik seharusnya," ucapnya sambil berjalan menjauh dari tempat itu. Lima menit yang lalu harusnya dia sudah berada di depan gerbang untuk pulang. Namun karena cowok tadi, lima menit itu hanya terbuang sia-sia tanpa ada kejelasan.
***
Helene tersenyum jahil setelah melihat seseorang yang berdiri di depan gerbang sekolahnya. Emosi yang sempat mengisi seluruh otaknya tiba-tiba lenyap setelah melihat seseorang itu berdiri membelakanginya. Dia mempercepat langkahnya namun sebisa mungkin tidak menimbulkan suara.
Helene berhenti di belakang orang itu yang hanya berjarak tiga langkah dari tempatnya berdiri. Bahkan Helene sudah bisa mencium aroma maskulin dari seseorang ini. Aroma yang tentunya sangat dia rindukan selama setahun ini.
"Len!"
Helene berjalan mendekat namun dengan bibir yang mengerucut. Rupanya rencana jahilnya terendus oleh Virgo, kekasihnya. "Ih, kok tau sih?!"
Helene membalas pelukan kekasihnya itu. Aromanya menyejukkan, seakan dirinya bisa langsung melupakan kekesalannya terhadap musuh bebuyutannya tadi. Terasa juga sebuah kecupan singkat mendarat di puncak kepalanya. "Udah keliatan kali dari kaca mobil."
Helene memaki dirinya dalam hati. Bodoh!
"Makanya nggak usah usil!" Ucap Virgo lalu melepaskan pelukannya. Helene hanya tersenyum simpul.
"Pulang yuk!"
Kemudian keduanya memasuki mobil dengan Helene yang sudah dibukakan pintu di samping kemudi. Helene selalu rindu perlakuan Virgo terhadapnya yang seperti ini, sungguh manis sekali. "Kamu nggak lama ya di Indonesia?" tanyanya sambil mengenakan seatbealt.
Sambil mulai menggerakkan kemudianya, Virgo sesekali menoleh ke samping. "Mungkin."
Helene mengerucutkan bibirnya. "Kenapa manyun gitu? Jelek!"
"Kamu jahat, masa cuma sebentar sih."
Dapat Helene rasakan kalau tangan Virgo membelai lembut rambutnya. Rasanya jantungnya sudah berhenti berdetak saat itu juga. Dia pun lupa bagaimana cara bernapas yang benar, tubuhnya sesak. Helene ingin sekali tersenyum tapi dia ingat kalau masih marah, diurungkanlah niatan untuk tersenyum itu.
"Jangan ngambek gitu dong, sayang. Pokoknya selama aku disini aku bakal antar jemput kamu, kita bakal sering ketemuan, sering jalan bareng,-"
"Beneran?" Sekarang gadis itu memekik senang. Melupakan beberapa detik yang lalu kalau dia sedang merajuk pada kekasihnya ini.
"Iyalah, masa boongan?"
"Makasih, sayang."
***
Haai
Tanggal 28 nih, malam ini aku kasih part 4 yess
Semoga menghibur
Happy reading 💜28 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-frain ✓
Teen FictionTidak ada pendeskripsian panjang. Yang perlu kalian tahu adalah 'bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan ego bagi sebagian orang'. re-frain ©2020 - Ylenia DeLorean End: 25 Juli 2021