Re-frain 6 | Pembalasan

20 4 0
                                    

"Biarin bawa sendiri biar nggak manja."

Helene menatapnya sengit. "Gue nggak manja."

Riski langsung menyelanya. "Udah, udah, Bu Sinta udah nunggu dari tadi." Menyuruh mereka agar segera kembali ke kelas, karena sudah beberapa menit terbuang sia-sia demi perdebatan konyol antara Helene dan Leo.

Gila, berat banget tau nggak! Jahat emang tuh orang. Liat aja nanti.

Helene terus memaki cowok yang sudah membiarkannya membawa tumpukan buku yang berat ini. Koridor yang mereka tempuh lumayan jauh untuk sampai ke kelas. Kedua lengannya seakan sudah tidak mampu menahan berat ini.

"Loh, Helene kok malah bawa yang paling berat?"

"Iya, Bu. Tadi dia yang minta sendiri, katanya dia kuat." Jawab Leo asal, tentu itu tidak sesuai fakta yang ada.

Helene mengeluarkan senyum yang terpaksa kepada Bu Sinta. Kakinya menginjak kuat-kuat kaki Leo yang ada di sampingnya. "Olahraga, Bu."

"Ya sudah, terima kasih banyak ya."

"Iya, Bu."

Sungguh, sakit kedua tangan yang tidak bersalah itu. Dengan harus terpaksa membawa beban yang sangat berat daripada beban hidupnya. Bahkan Helene sempat menunda untuk menulis karena tangannya masih merasa lemas.

***

Helene tertawa puas setelah menjalankan misi paling menyenangkan baginya. Sudah dipastikan rencananya kali ini berhasil. Bahkan karena saking bahagianya, dia sudah melupakan kedua tangannya yang tadi sakit.

"Lo abis ngapain kok beda gitu auranya?" tanya Vega ketika baru sampai di kelas.

"Abis ngerjain orang." Jawabnya.

"Siapa?"

Kan, kepo juga nih anak.

Sudah bisa ditebak kalau Vega akan penasaran dengan jawabannya. Helene sengaja merahasiakannya pada Vega, bukannya tidak ingin memberitahu, nanti juga pasti akan tahu.

"Entar juga tau sendiri."

Tak lama bel masuk berbunyi. Semua siswa mulai memenuhi kelas yang mulanya sepi. Sudah lima menit, namun kelas belum juga terisi penuh. Kedua siswanya mendadak hilang tanpa kabar.

Dua bangku masih kosong hingga guru pengajar memasuki ruang kelas. Satu bangku di sampingnya dan satu bangku lain berada di depannya. Lebih tepatnya Leo dan Candra.

Kemana kedua manusia itu pergi?

Sebuah ketukan memecahkan keheningan. Candra, si pemilik bangku yang ada di depannya itu sudah datang. Tidak terdengar jelas sampai ke belakang memang alasannya telat masuk ke kelas karena apa. Helene juga tidak ingin tahu. Hanya tinggal satu manusia es di sampingnya yang belum kelihatan batang hidungnya.

Helene dengar dari Candra kalau Leo sedang di UKS. Sempat menduga kalau itu karena ulahnya, Helene berusaha tidak mengetahui apa-apa. Bersikap biasa saja walau sebenarnya rencananya berhasil.

***

"Sayang!" Seru Helene sambil memeluk Virgo dari samping.

"Hai!"

Virgo nampak mengernyit melihat keanehan pacarnya. Auranya hari ini nampak berbeda. Helene tampak lebih ceria daripada hari-hari sebelumnya. "Kenapa? Kok keliatan bahagia gitu."

Helene kembali tersenyum. "Enggak papa, biasa aja, kok."

"Kita jalan bentaran gimana?" Tawar Virgo pada cewek yang sudah duduk di sampingnya itu. Kembali dia memekik kegirangan. Siapa juga yang akan menolak ajakan tersebut.

"Mau!"

Helene tersenyum dengan binar mata yang tidak bisa disembunyikan. "Kemana?" tanyanya penuh semangat.

Virgo terkekeh melihat perilaku pacarnya. Dia kemudian membawa tangan kirinya untuk mengacak puncak kepala Helene. "Kemana kamu mau, aku anterin."

Sudah tiga jam lebih mereka mengelilingi tempat-tempat yang Helene inginkan. Kesana kesini mengitari Jakarta pun pasti akan Virgo turuti, Helene yakin. Mereka datang ke tempat-tempat favorit yang sering mereka datangi setahun lalu, melepas rindu dengan suasana dan orang yang sama.

Helene mendongak menatap cowok yang merangkulnya. "Makasih ya, sayang. Kamu bawa aku kesini."

"Iya, sama-sama, sayang."

Lampu-lampu taman terlihat indah menyapa di mata. Di sini, merupakan tempat pertama kalinya Virgo mengajaknya untuk dating setelah mereka pacaran. Helene mencoba mengingat-ingat kejadian itu kembali, hatinya menghangat. Senyumnya juga semakin megembang karena cowok di sampingnya ini.

Helene merasakan kalau ada getaran dari sakunya. Dia sempat menyuruh Virgo untuk berhenti sebentar dan memegangi es krimnya. Helene langsung merogoh ponselnya. Beberapa getaran itu nampaknya semakin lama berbunyi.

Mama
Len, cepet pulang udah malem!

Mama is calling...

"Kita pulang sekarang!" Wajahnya berubah serius setelah melihat ponsel yang terlihat menyala karena sebuah panggilan.

"Kenapa?"

"Mama sekarang telfon, pasti nyuruh kita pulang." Sahut Helene makin panik.

Setelah getaran lama yang berbunyi, Helene langsung menggeser tombol hijau. "Halo."

"Helene! Cepet pulang!"

Tanpa menjawab salamnya, Rosa langsung memekik keras di seberang sana. Menyuruh anaknya untuk segera pulang. "Iya, Ma. Ini pulang, kok."

"Cepet!"

***

Haii
Semoga menghibur ya


5 Juli 2020

Re-frain ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang