Dari ambang pintu kaca ini, Leo melihat raut bahagia dari ketiga manusia yang akan berpengaruh dalam hidupnya mulai hari ini, esok dan seterusnya. Mamanya, adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya yang sudah menjadi alasan mengapa Helene berdiri di antara keluarganya.Dan Lisa, adalah cerminan yang sudah menyadarkannya bahwa tetap tersenyum bahagia saat itu tidak dibutuhkan adalah hal yang harus dilakukan. Cowok itu berjalan mendekat ke sebuah ayunan kecil yang terletak di samping taman. Di sana ada Lisa dan Helene yang sedang bermain bersama.
"Pulang sana, udah hampir malem juga masih betah disini."
"Kenapa sih? Gue masih belum pengen pulang, ya." Tegas Helene.
Leo menarik ujung kepangan dari rambut Helene. "Pulang, Len. Gue anterin."
Bunga kemudian mendekat ke arah mereka. Menyuruh pula Lisa untuk turun dari ayunannya. "Leo bener, Len, nanti Mama kamu nyariin, kan kasian."
Helene menghela napas pasrah. "Ya udah, Helene pulang dulu ya, Tan." Ucapnya sambil mencium punggung tangan Bunga.
"Jangan ngebut! Bawa anak orang kamu."
"Iya, Ma."
Kemudian Helene beralih berjongkok untuk menyamai tinggi Lisa. Gadis kecil itu mengerucutkan bibir mungilnya, seakan tidak menyetujui jika Helene harus segera pulang. Helene tersenyum sambil merapikan helaian poni di dahi Lisa yang berantakan karena terpaan angin. "Jangan sedih, besok Kakak ajak beli es krim, deh. Gimana?"
"Janji ya, Kak?" Lisa mengangkat kelingkingnya yang kemudian dibalas tautan kelingking dari Helene.
"Janji dong."
"Kak Helene pulang dulu ya, cantik." Ucapnya lalu mengikuti langkah Leo yang sudah berjalan terlebih dulu untuk keluar.
"Pake acara sungkeman segala." Sindir Leo kepada ceweknya ini.
Helene mendengus. Mau sampai kapapun juga Leo tidak akan bisa merubah kebiasaannya yang suka berkata seenaknya sendiri. "Situ kalo ngomong bisa yang manis dikit nggak?"
"Nih, manis." Tunjuknya kemudian pada hidung Helene. Leo tersenyum dari balik helm yang sekarang dipakainya. Dan tentu saja Helene tidak bisa melihat itu secara langsung.
Mati-matian Helene menahan senyumnya agar tidak terbit sekarang. Melihat perlakuan Leo yang bisa tiba-tiba berubah dalam hitungan detik adalah salah satu hal yang dapat membuat jantungnya berdetak tidak beritme.
"Apaan sih?" gumamnya.
"Lo mau tidur disitu?"
Helene segera naik ke motor Leo dan duduk dengan tenang di belakangnya. Tangannya terselip masuk ke dalam kedua saku jaket Leo seolah sedang mencari sebuah kehangatan yang selama ini berusaha dia peroleh dari seorang Leo.
Kehangatan yang dapat dirasakan dari orang lain yang dinyatakan dalam sebuah ikatan yang namanya keluarga.
Dari Leo, mungkin Helene tahu cara yang paling tepat menghargai sesuatu yang dimiliki. Dan tidak juga menyia-nyiakan sesuatu yang seharusnya tidak dianggap remeh. Dan dari Leo juga, Helene dapat mengetahui bahwa hal yang terbaik dapat mengendalikan sebuah ego adalah diri sendiri.
Helene mungkin tidak tahu cara menyelesaikan dengan baik. Namun, Leo lebih mengerti tindakan mana yang seharusnya diambil dalam sebuah keputusan yang rumit.
-The End-
Hai gengs!
Huh, akhirnya selesai juga proyek ketiga ini. Senang sekali pastinya, walaupun sering ngaret tapi semoga teman-teman yang baca terhibur.Terima kasih untuk semua yang sudah mengapresiasi karya-karyaku. Semoga ke depannya aku masih bisa berkarya secara jujur dan tentunya tetap berkualitas.
Tetap pantengin akunku ya kalo sewaktu-waktu aku update atau ada cerita baru biar kalian gak ketinggalan 👌😉
Oh iya, ada yang pengen Re-frain disekuelin ga sih?😅
(Jawab di komen ya, teman-teman.)Sampai jumpa👋
Best Regard,
Ylenia with love❤️25 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-frain ✓
Teen FictionTidak ada pendeskripsian panjang. Yang perlu kalian tahu adalah 'bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan ego bagi sebagian orang'. re-frain ©2020 - Ylenia DeLorean End: 25 Juli 2021