“Ga!”“Uhuk... uhuk....”
Asap tebal itu memupuskan penglihatannya. Kedua kaki jenjangnya semakin terasa berat untuk digerakkan. Helene berkali-kali berhenti. Namun, tekadnya belum hangus ikut terbakar api-api yang berkobar.
Semakin kesini, tenggorokannya semakin panas. Seakan terbakar seperti halnya barang-barang dalam ruangan ini. “Vega!”
Suara serak itu hampir saja lenyap karena terus berteriak. Helene sempat mendengar suara jeritan dari depan tempatnya berdiri. Suara itu lebih tidak mirip dengan suara Vega. Atau justru semua yang terbesit di otaknya adalah benar.
Sekuat tenaga Helene menembus api-api itu. Berjalan dengan separuh nyawa yang masih tersisa pada raganya. Helene merayapi dinding yang sekarang hangat sebagai pengendalinya. Kakinya hampir saja terkena sebuah benda asing yang terjatuh tepat di hadapannya. Beruntung Helene segera menarik mundur untuk sesaat.
Tidak baik mengulur waktu untuk menolong seseorang. Helene harus cepat. Dirinya tidak boleh egois. Akalnya yang sempat meragu kalau semua yang dilakukannya akan berakhir sia-sia. Namun, jika itu tidak segera diwujudkan oleh kakinya sendiri, lalu siapkah Helene menerima kenyataan pahit lainnya?
Dengan gerakan cepat, Helene berlari tertatih-tatih menuju ke sumber suara yang didengarnya. Rasanya dia sudah tidak kuat bertahan di dalam kepulan asap yang semakin sulit membuat matanya terbuka lebar.
“Uhuk.... Uhuk.... Uhuk....”
Udaranya tersita bersama menipisnya kesempatan untuk bisa kembali. Helene khawatir. Bukan untuk dirinya, namun nyawa lain yang berusaha diselamatkannya. “K-karin....”
“Tolongin gue....”
“Kita keluar sama-sama, lo jangan takut.”
Pekikan Karin yang paling mendominasi di seluruh ruangan yang mulai penuh dengan api. Seluruh akses jalan sudah tertutup. Mereka terjebak di dalam ruang kelas ini. Belum sempat keduanya bisa keluar, namun sepertinya sesuatu menghalau mereka.
Dengan kaki kirinya, Helene menyingkirkan beberapa bangku yang sudah tidak berwujud bangku. Kedua tangannya membawa Karin untuk tetap didekatnya.
***
Menaiki puluhan anak tangga dan masih ditambah berlari melewati koridor di lantai dua. Leo seolah tidak berpikir lagi apa yang bisa menjadi risiko terbesar untuknya. Dia menerobos masuk ke api dengan tangan kosong. Bahkan seperti hanya akan bertarung dengan puluhan orang dalam sewaktu.
Cowok itu hanya berpatok pada jam tangan hitam yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Semakin lama waktu yang dibuang itu berarti sudah membiarkan api semakin besar dan sulit untuk ditaklukan.
“Len!”
Leo mendorong satu per satu pintu ruangan yang tertutup itu dengan kakinya. Mencoba mencari seseorang di antara salah satu ruangan ini. Dia sempat berhenti ketika sebuah pekikan keras terdengar samar-samar.
“Tolong....”
Sekali lagi, suara itu terdengar. Semakin jelas saat Leo memajukan langkahnya ke depan. Jarak pandangnya tidak bisa sejauh mata biasa melihat. Asap-asap yang terlalu pekat ditambah juga api yang menyala-nyala membuat semuanya tidak bisa terlihat jelas.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
***
“Gue nggak bisa,” bisiknya pelan pada Karin.
Pertahanannya mulai runtuh. Helene tidak bisa menahan lagi keseluruhan dari apa yang dirasakannya. Setiap kali matanya mengerjap, Helene hanya berpikir masihkah kakinya menapak pada lantai?
“Len, lo harus kuat! Lo bilang kan, kalo kita harus keluar sama-sama?”
Kedua kakinya melemas seketika. Tarikan napasnya juga semakin berat. Helene tidak tahu lagi hidupnya sudah sampai mana untuk menyerah. Mereka masih harus menempuh beberapa langkah lagi untuk bisa bebas. Namun, nyatanya tidak ada yang bisa membantunya kecuali keajaiban. Kekuatannya sudah terkuras habis. Tidak ada yang tersisa lagi.
“Lo harus keluar....” pinta Helene pada Karin. Tangannya terangkat setengah dari posisinya yang bersandar pada dinding. Helene mendorong udara sebagai isyarat untuk menyuruh cewek itu segera pergi.
“Enggak, Len.”
“Ayo, lo harus bertahan!”
***
Hadir lagi ya, gengs. Selamat membaca kelanjutannya. Semoga terhibur 😘
9 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-frain ✓
Teen FictionTidak ada pendeskripsian panjang. Yang perlu kalian tahu adalah 'bagaimana cara yang baik untuk mengalahkan ego bagi sebagian orang'. re-frain ©2020 - Ylenia DeLorean End: 25 Juli 2021